Minggu, 25 September 2011

Perilaku Konsumen dan Pilkada

Model maksimisasi kepuasan (utilitas) oleh konsumen yang penting salah satunya adalah yang disebut dengan prinsip gabungan (lumpsum princple). Prinsip ini menyatakan bahwa kebijakan perpajakan dan subsidi pemerinah dapat mencapai sasaran-sasarannya dengan biaya minimal jika kebijakan tersebut berfokus pada daya beli keseluruhan dari individu.
Pajak gabungan (misalnya pajak penghasilan) akan mengurangi tingkat kepuasan konsumen lebih rendah daripada pajak atas komoditas tertentu (misalnya pajak atas barang mewah).
Demikian pula untuk subsidi. Sebelumnya kita bagi subsidi menjadi dua, yakni subsidi gabungan, yakni bentuk tunai. Yang lainnya dalam bentuk in-kind atau parsial, atau  subsidi untuk produk-produk tertentu dengan harga di bawah pasar yang kalau di Amerika mencakup progam pemeliharaan kesehatan, kupon makanan dan perumahan yang disubsidi. Teorinya menyatakan bahwa sejumlah dolar tertentu dalam bentuk subsidi tunai  akan memberi utilitas lebih tinggi karena tidak adanya distorsi-distorsi pilihan yang dihadirkan oleh subsidi gabungan terebut. (dengan tunai  atau lumpsum menaikkan pendapatan sedang dengan in kind merubah kombinasi barang yang dikonsumsi).
Dan bukti empirik oleh studi T. Smeeding (laporan 1977) menemukan bahwa subsidi makanan bernilai 88%, perumahan 56% dan pemeliharaan kesehatan 68% dari $1 yang jika diwujudkan dalam subsidi gabungan.
Makanya logis juga kalau ada wacana agar diganti uang saja dengan yang senilai untuk beras zakat fitrah akhir ramadhan ataupun daging qurban saat 'idul adha.
Juga, kalau anda berminat menjadi kepala daerah atau legislator, jangan lupakan teori ini. Saat memakai modus politik uang, langsung saja dalam bentuk gabungan alias uang tunai, jangan dengan wujud in kind seperti menyediakan televisi di pangkalan ojek, memberi lampu penerangan kampung, atau membuat jalan desa dll.  Karena untuk masing-masing  Rp. 1  yang Anda berikan dengan tunai akan memberi utiliitas lebih tinggi jika dibandingkan dengan dalam bentuk in kind. Dengan tunai, selain tepat sasaran, anda juga meminimalkan distorsi-distorsi yang bisa muncul. tentunya bukan distorsi yang tak ada dalam teori,  yaitu uang anda diembat oleh tim sukses anda sendiri alias jeruk makan jeruk, He...
Tetapi kita ingatkan pula, politik uang melanggar UU Pemilu dengan ancaman hukuman 3 tahun penjara, juga fawa MUI dengan ancaman hukuman dosa dan rasa bersalah. Poltik uang juga pintu masuk kepada kesalahan-kesalahan berikutnya.  Dan dalam belajar ekonomipun masih tersisa teori ekonomi yang normatif, tentang baik buruk, tentang bagaimana sebaiknya, bukan saja tentang teori ekonomi positif, yang hanya memperhitungkan untung rugi maupun optimisasi.
(sumber: Nicholson W, 2005: Microeconomic Theory: Basic Principles and Extensions)

Rabu, 21 September 2011

Paradoks Hemat

Kita sebagai konsumen dalam ekonomi mempunyai tujuan mengoptimalkan kepuasan (utility). Bagaimana mendapatkan kombinasi (bundle of goods) yang terbaik atas konsumsi kita sehingga memberi tingkat kepuasan tertinggi.

Konsumsi (C) secara agregat (total) dalam suatu wilayah perekonomian (misalnya negara) akan sangat mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini ditandai dengan hubungan positif (keynessian) antara konsumsi dengan pendapatan negara (Y) atau bisa disetarakan dengan PDB (Produk Domestik Bruto). Dan Pertumbuhan PDB ini disebut sebagai pertumbuhan ekonomi. Y=C+G+I+X-M.

Atau kalau kita otak-atik, konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga-rumah tangga (RTK) akan menggerakkan perekonomian dengan terbelinya barang dan jasa, menyebabkan produsen (RTP) akan terus beraktivitas, dan merekrut banyak tenaga kerja dari RTK. Demikian perekonomian akan berputar karena RTK mendapatkan penghasilan untuk dikonsumsikan kembali. Dan menurut toeri dan fakta, semakin tinggi pendapatan maka akan semakin tinggi konsumsi kita, walau peningkatannya tak sebanyak peningkatan pendapatan (dalam %).

Maka konsumsi kita sebagai rumah tangga menjadi sangat berarti. Apabila RTK mengurangi konsumsinya, misalnya lebih banyak ditabung, hal ini memang sehat bagi keuangan RTK, tetapi kabar buruk bagi kondisi makroekonomi. Jika yang terjadi adalah kelesuan, maka biasanya pemerintah akan memanaskannya dengan stimulus fiskal. Dengan memperbesar pengeluarannya (G) seperti membangun infrasturktur penting, seperti jalan, listrik, air, bendungan, pelabuhan, pemotongan pajak, dsb. dsb.

Inilah yang disebut paradoks hemat dalam pelajaran kita di sekolah. Hemat adalah anjuran. Kemubadziran (kesiaan) dan sifat boros adalah keburukan. Bagaimana paradoks ini terpecahkan?
Tuntunan agama menyarankan agar jangan menimbun-nimbun harta, biarkan harta itu meluas, tidak terakumulasi pada segelintir orang. Maka diwajibkan zakat (2,5%) dan dianjurkan menginfaqkan sebagian rizki (bisa sampai 90 %). Dengan ini, akan ada banyak orang mendapatkan kekuatan untuk belanja, bahkan mungkin dengan pengelolaan ZIS yang baik akan menambah investasi (I) dan diharapkan menciptakan efek berlipat (multiplier effect), sehingga mampu meningkatkan kemakmuran bersama.

Sebagai penggerak ekonomi, tentu saja, kita juga harus menabung. Tetapi dengan landasan bukan semata-mata untuk mengakumulasi harta, maka tabungan-tabungan yang dikumpulkan oleh bank, koperasi, atau apa saja (=penyalur dari yang lebih dana ke kurang dana=), tidak bersifat riba yang eksploitatif. Bisa dengan skema "benar-benar" syari'ah atau setidaknya bunga yang terbebankan tidak melebihi tingkat inflasi. Jepang saja tingkat bunga depositonya mendekati nol % dan Amerika hanya tidak sampai 1 %.

Senin, 19 September 2011

Pemerintahan Rok Mini

Fauzi Bowo, Gubernur DKI  menyarankan agar para perempuan tak berbusana mini untuk menghindari pemerkosaan. Hal ini mengomentari beberapa kasus pelecehan seks di angkutan umum bahkan sampai ke pembunuhan.
Selanjutnya media memberitakan juga protes para aktivis atas pernyataan Foke, panggilan akrab sang gubernur. “Bukan pakaiannya, tetapi otaknya yang mini..” Mereka meminta agar para perempuan terlindungi dari perkosaan.
Sebagai birokrat, gubernur kali pertama harus menegaskan jaminannya atas tidak terulangnya kejadian serupa. Kedua, melakukan tindakan secepatnya secara nyata. Baru untuk nomor ke dupuluh tujuhnya, mungkin, membuat pernyataan seperti di atas. Bagus juga diberi prolog: “menurut fatwa MUI...."
*******
Mengapa berdandan mini?
Satu, pemakai rok mini lebih senang sebagai obyek daripada sebagai subyek. Obyek menekankan kepada aksesoris yang tidak penting, sedang subyek lebih ke substansi. Perempuan diharapkan ikut berperan aktif dalam pembangunan, bukan menjadi bumbu pelaris film eksotis, misalnya.
Dua, karena trend “busana masa kini.” Kita takut dicap sebagai kampungan dan ketinggalan zaman. Dan, mini adalah simbol kelas dengan kekayaan, modernitas, dan pergaulan hedonis.
Tiga, atau mungkin untuk menutupi rasa kekurang PD-an sehingga permpuan perlu melebih-lebihkan hal lainnya. Mini adalah saluran memperlihatkan kelebihan.
Perempuan adalah mahluk paling penting dalam kebahagiaan keluarga. Perempuan-perempuan itu dibutuhkan oleh dunia karena kepintaran dan keahliannya. Perempuan-perempuan itu dibutuhkan “mini”nya hanya oleh suaminya. Rok mini layaknya topeng yang mengaburkan, yang membiaskan prinsip hanya menjadi lipstick.
Mini untuk publik hanya bagi mereka yang kurang pintar dan kurang terampil. Saat itulah perempuan menjadi obyek dan komoditas. Dan tentu penghargaannya tidak seperti seharusnya perempuan. Pemerintah harus ikut mengkondisikan agar per”mini”an dihindari. Dengan mencerdaskan para perempuan.
 ********
Pemerintahan rok mini adalah pemerintahan dengan pencitraan. Lebih buruk dari rok mini yang lebih jujur, pencitraan oleh pemerintah bisa menutup aib dengan kebaikan semu. Pemerintahan yang mengatakan telah berbuat baik, namun sejatinya dia telah melakukan keburukan-keburukan.

Sabtu, 17 September 2011

Robin Hood

Kompas.com memberitakan: lebih dari 1.000 warga Israel berpartisipasi dalam hajatan foto bugil bersama di sebuah lokasi rahasia di Laut Mati, Israel, Sabtu (17/11/2011) pagi. Kegiatan ini bertujuan mempromosikan laut, yang memiliki kadar garam sangat tinggi itu, masuk dalam daftar tujuh keajaiban alam dunia, November nanti.
Di samping itu ada masalah lingkungan. Ari Frucht, aktivis yang memprakarsai kampanye Laut Mati sebagai salah satu dari tujuh keajaiban alam dunia, mengatakan proyek pemotretan Tunick ini diharapkan bisa memunculkan kesadaran masyarakat tentang kondisi lingkungan di Laut Mati dan mendorong pemerintah Israel berbuat sesuatu.
Menurut para pakar, Laut Mati terancam kering pada tahun 2050, kecuali ada gerakan besar-besaran untuk menyelamatkan lingkungan di sekitarnya. Permukaan laut tersebut turun sedalam satu meter setiap tahun dan di beberapa titik, garis pantainya telah menyusut hingga satu kilometer ke tengah laut.
Di Israel, proyek foto 1.000 ini diprotes oleh para politisi Yahudi Ortodoks dan para rabbi, karena dianggap sebagai perilaku "Sodom dan Gomorrah". Mereka mengancam akan mengambil langkah hukum untuk menghentikan niat Tunick, sang pemrakarsa lain, orang Amerika berdarah Yahudi. Tokoh masyarakat setempat bahkan mengancam akan menelepon polisi untuk membubarkan para partisipan acara ini karena dianggap melecehkan masyarakat setempat.
"Di beberapa tempat, pekerjaan ini menjadi lebih kontroversial, sementara di beberapa tempat lain proyek ini dianggap sebagai tes tentang kebebasan, keterbukaan, dan penghargaan terhadap hak di negara tersebut," tutur Tunick dalam jumpa pers sebelum pemotretan.
Pertama, Mengapa seribu? Mungkin karena seribu adalah lambang sesutu yang sangat banyak. Bukan terbats 999 ditambah 1, tapi bisa lebih. Seribu bulan untuk malam kemuliaan bukan hanya 83 tahun 4 bulan 10 hari 8 jam dst. Lagian, apa kita akan membatasi kemurahan Tuhan? “Seribu” juga dipakai Chairil Anwar dalam sajak “aku” untuk menunjukkan semangatnya: “aku ingin hidup seribu tahun lagi..”
Kedua, kebebasan tentu tidak tak terhingga. Ada batasan agama ataupun norma lokal. Menilai kebebasan atau berdemokrasi suatu negara dengan tingkat penerimaan atas kebugilan, benarkah? Mungkinkah?  Tentu semangat agama bisa dijejalkan dalam proses legal berdemokrasi.
Ketiga, niat baik harus juga memakai cara yang baik. Masih ada banyak cara untuk mencapai tujuan tunick di atas yang lebih elegan. Kita tidak boleh meniru Robin Hood dengan merampok walau untuk menolong masyarakat miskin. Apalagi oleh para politisi kita, yakni dengan korupsi untuk menyuap para pemilih, atau menyuap kemudian korupsi. Sebuah kesalahan ganda, kesalahan dari hulu sampai hilir.

Jumat, 16 September 2011

Air dan Berlian

Air adalah unsur sangat penting dalam kehidupan. Di dalam tubuh kita, hampir semuanya mengandung unsur air. Manusia yang mencoba mencari tempat hidup selain planet ini, pertanyaan pertamanya adalah adakah air di sana? Dst.  Tetapi mengapa air lebih tak berharga dibandingkan dengan berlian, benda yang kurang penting atau hampir tak bernilai bagi kehidupan?
Paradoks ini telah diperbincangkan oleh ahli-ahli ekonomi sejak dulu. David Ricardo menjelaskan lewat biaya produksi (utamnaya pada faktor tenaga kerja) berlian yang lebih mahal, sehingga harga jualpun menjadi tinggi. Kemudian diperkuat oleh  kaum marginalis dengan argumennya, yaitu karena air relatif banyak, menggunakan setengah liter air tambahan (cateris paribus) secara relatif memiliki nilai yang rendah bagi masyarakat.
Datang juga Alfred Marshall (1842-1924) melengkapi keduanya. Ekonom Inggris yang ahli matematika ini menunjukkan bahwa permintaan dan penawaran secara simultan beroperasi menetapkan harga. Harga mencerminkan evaluasi marginal yang diberikan oleh mereka yang memerlukan barang (demand) dan biaya marginal (supply) dalam memproduksi barang tersebut.
Air memiliki harga yang rendah, karena air memiliki nilai marginal yang rendah dan biaya produksi marginal yang rendah pula. Sebaliknya, berlian memiliki harga tinggi, karena memiliki nilai marginal yang tinggi (karena relatif langka) dan biaya produksi marginal yang tinggi pula. (suparman-jurnal, 2007)
******
Bagaiamanapun, berlian tidak akan menjadi mahal jika tidak ada yang menginginkannya. Dengan kata lain berlian menjadi berharga karena “dikondisikan” oleh manusia. Di sisi lain, air tetaplah air, yang bernilai tinggi (nature) walau harganya tidak mahal. Meski dengan semakin bertambah “kedewasaan”  dan kondisi alam saat ini, air akan semakin dihargai.
Air adalah kebutuhan, berlian adalah keinginan. Keinginan lebih dekat kepada nafsu, prestige, kesia-siaan, kekurang empatian dll.
Kehidupan air adalah kehidupan yang ihlas. Maka, Tuhan, jadikan kami air, tidak usah berlian. Karena air, terus bermakna walau tidak berharga.

Jumat, 09 September 2011

Bahasa Jawa.

Kowe, sampeyan, njenengan adalah bahasa jawa yang berati kamu. “Sampeyan” lebih halus, lebih menghormati daripada “kowe”. Digunakan untuk orang seusia atau lebih tua sedidkit. “Njenengan” yang paling halus. Digunakan untuk orang yang lebih tua dan dihormati. Jadi ada tingkatan-tingkatan dalam bahasa jawa. Ada ngoko, kromo, kromo inggil dst.
Apakah tingkatan-tingkatan ini ada hubungannya dengan tingkatan-tingkatan dalam Hindu ataukah tidak? Saya belum tahu jawabannya. Mungkin Anda sudah tahu. Tolong dibagi wawasannya. Tapi yang jelas ada kondisi psikologis yang menghambat jika Anda, misalnya, ingin memberi saran atau masukan kepada kyai atau tetua di sekitar Anda. Ada rasa ewuh pakewuh, sungkan dsb.
Berbeda dengan sejarah Nabi yang kita baca, bagaimana Umar bin khattab bisa langsung mengutarakan ketidaksetujuannya tatkala perjanjian hudaibiyah diteken. Bagaimana Salman Al Farisi, seorang persia, dengan usul pembuatan paritnya. Bagaimana seorang pemuda dengan lantang mengatakan kepada Kholifah Umar ra “jika Anda melenceng, maka pedang ini yang akan meluruskannya..” dan Kholifah pun lega.
Selain karena gaya kepemimipinan Nabi dan sahabatnya yang egaliter, saya menduga karena jenis bahasanya yang tidak mengenal kelas-kelas. Menyetujui apa yang dikatakan oleh Bung Karno bahwa bahasa jawa kurang egaliter dan takutnya hal ini mempengaruhi perilaku orangnya. Teringat juga tentang sebuah tesis, kalau tidak salah oleh Samuel Huntington yang mengatakan bahwa protestan lebih mendorong demokrasi daripada katolik.
Jadi, kalau Anda yang orang Jawa menjadi presiden, kyai, guru, kepala keluarga, atau pemimpin apapun, maka jiwa dan perilaku demokratis harus Anda punyai agar keadaan berjalan baik. Sikap otoriter akan merugikan bagi perkembangan positif. Perilaku bak raja hanya akan menjadi bumerang. Nabi mengajarkan musyawarah, kebulatan tekad dan tawakkal. Ewuh pakewuh harus dikikis karena dia sebenarnya adalah thoghut yang menghambat kemajuan.

Berhala ka'bah

Peristiwa pembebasan mekkah telah membersihkan berhala-berhala disekelilingnya. Lambang kemusyrikan dienyahkan. Simbol kebodohan telah dirobohkan. Era baru telah dimulai. Sejarawan mencatat bahwa Nabi Muhammad telah berhasil membangun pondasi bagi peradaban modern. Pribadi tangguh dengan ahlak mulia, demokrasi dengan musyawarah sebagai spiritnya, kecintaan akan ilmu pengetahuan, penghormatan kepada HAM, pelestarian lingkungan, penegakan hukum, Tauhid dll.
Tetapi saya tergagap ketika seorang teman bertanya: “Saya menganggap teman budha saya menyembah patung Gautama, apakah saya juga bisa dikatakan menyembah ataupun sujud kepada ka’bah?” Wah berarti percuma dong, berhala dibersihkan. Atau apa perlu ka’bah ikut dirobohkan?
Jawabannya kira-kira:
Satu, Ka’bah disebut juga baitullah, rumah Tuhan bukan Tuhan. Sebagai qiblat, tempat menghadapkan wajah saat sholat.
Dua, Ka’bah bukan satu-satunya qiblat. Nabi pernah berqiblat sholat menghadap Masjid Aqsha di Palestina sebelum penetapan Ka’bah. Peristiwa perubahan qiblat ini oleh Thariq Ali seperti dituturkan Nurcholish Madjid sebagai bentuk penolakan agama atas formalitas. Karena Qur’an berbicara: “tidak peduli wajahmu menghadapkan ke mana... apakah ke masjid Aqsha ataukah ke Masjid Haram”.
Ketiga, Anda boleh sholat di dalam ka’bah.
Keempat, kelima, keenam,  mungkin Anda yang tahu.
Dan memperlakukan ka’bah bisa jadi seperti lagu Ahmad Dhani: “Bila surga dan neraka tak ada, masihkah kau beribadah, menyembah Tuhan?” atau Sufi wanita, Robi’ah Al ‘Adawiyah yang cintanya kepada Tuhannya tak peduli dia dimasukkan ke neraka ataupun surga.
Akhirnya, jangan-jangan kita juga telah salah menilai terhadap teman Budha yang kita anggap menyembah patung.

Kamis, 08 September 2011

Mudik

Mudik tidak terjadi di negara kita saja, di Bangladesh dan China pun ada. Ustadz Einstein berkata: “Untuk ibu dan kampung halaman, orang bisa emosional..” Pemudik Indonesia sendiri tahun ini diperkirakan melibatkan 13 juta orang. Separuh lebih, atau sekitar 7 Juta diantaranya dari Jakarta. Walaupun sebagian orang sudah merasa lelah karena perjuangan selama mudik dan faktor ekonomi, tetapi kenyataannya jumlahnya meningkat dari 12 juta di tahun lalu (walau mungkin dari prosentase bisa menurun). Mereka “rela” membeli tiket  yang melangit dan bisa kehabisan, berjubel di kereta dan kapal, menginap di stasiun, macet berjam-jam di jalan, dsb.
Kita ikut ngeri melihat kematian jalanannya. Kecelakaan lalu lintas tercatat  lebih dari 700 jiwa melayang, 1200  luka berat, 3014 luka ringan (Metro TV). Sebuah pengorbanan yang teramat besar. “Pemakai motor sebagai pemicu besarnya angka kecelakaan”, begitu pemerintah kita bericara. Entah kemana variabel lainnya, tentang kesiapan pemerintah sendiri, kondisi jalan, ketercukupan dan kelaikan alat angkutan? Ah..
Mudik secara fisik masih merupakan hiburan. Perjuangan untuk pulang adalah kenikmatan. Hasil bekerja selama setahun di rantau orang, sebagiannya disisihkan untuk sebuah kekangenan. Mangan ora mangan kumpul, budaya jawa yang masih lestari. Atau mungkin ritual ini adalah bentuk lain dari plesirannya orang bule atau orang Jepang ketika menikmati Bali, Borobudur, Komodo dll. Plesiran yang lebih ekonomis dengan tingkat kepuasan sama. Anggap saja kalau kita ke pantai desa, membayangkannya di pantai Ancol.
Semacam mengecoh pikiran. Emha AN memberi tips bagi yang masih lajang untuk tidur di sofa saja, jangan di ranjang yang cukup untuk dua orang. Agar tidak membayangkan pasangan disisinya, dst.  Atau untuk latihan khusyu’ bisa dicoba di kuburan saat malam gelap (kuburan mengingatkan mati, gelapnya berarti pendekatan ketakutan. Bagaimana dengan tips pendekatan kasih sayang? PR)
Mudik lebaran berbarengan dengan mudik spiritual, yakni ‘Idul Fitri. Mudik fisik setahun sekali, mudik spiritual bisa kita lakukan setiap hari, setiap waktu. Dan kalau mudik ruhani telah sukses, rasanya mudik jasmani dapat kita lakukan kapan saja, tanpa  berjam’ah dan dalam waktu yang sama. Pulang kampung dengan kebahagiaan dan mampu berbagi dengan saudara. Menggairahkan ekonomi daerah. Selamat!

Senin, 05 September 2011

Waktu itu ...

Alkisah ada dua pemuda kembar. Yang satu hidup normal di bumi. Saudaranya hidup di pesawat ulang alik dengan kecepatan melebihi kecepatan bumi mengitari matahari. Setelah 60 tahun berlalu, keduanya bertemu kembali. Betapa kagetnya, pemuda bumi terlihat sangat tua dengan tongkat penyangga, sedang pemuda ulang alik masih terlihat awet muda. Cerita ini dibuat oleh Albert Einstein untuk menjelaskan teori relativitas waktu, teori mulur mungkret.
Jauh sebelum itu, berita ghaib dari Tuhan lewat Alqur-an juga menyatakan bahwa satu hari sekarang akan beda dengan satu hari besuk di akhirat. Mungkin bumi saat akhirat nanti lebih cepat melesatnya. Dan memang kitab suci ini mengatakan bahwa buminya akan beda dengan bumi sekarang. Masing-masing alam akan beda waktunya. Juga alam barzakh. Disinilah hubungannya dengan Agus musthofa yang berependapat siksa kubur tidak ada, seperti juga kata Harun Nasution sebelumnya.
Kita jadi ngeh bahwa waktu begitu relatifnya. Biasanya kita hanya merasa relatif ketika senang dan sedih. Kalau senang, waktu begitu cepat. Kita terbahak kalau dikasih contoh waktu begitu cepatnya bagi pengantin baru. Sedang saat susah atau sedang menunggu kebebasan, waktu terasa begitu lambat. Jam terasa tidak berdetak, hati jadi gemes ketika melihat, misalnya polisi leymowt menangkap koruptor. Lho kok nyampe ke sana lagi..... he...
Orang bijak mengatakan waktu ibarat pedang bermata dua, ke depan dan ke belakang. Artinya, bisa menusuk lawan (bisa berupa kebodohan, kemiskinan, kemalasan dll), bisa menusuk diri sendiri. Kalau yang kedua, maka endingnya adalah penyesalan, yang kata pepatah: sesal kemudian takkan berguna.
Kita akhiri, seperti kebanyakan khotbah jum’at dengan surah Al ‘Ashr:  “Demi waktu. Sesungguhnya manusia merugi, kecuali yang beriman, yang berbuat kebajikan, dan tolong menolong dalam hal kebenaran dan dengan sabar.” Maha benar Allah dengan segala firmannya.

Minggu, 04 September 2011

Perempuan Islam?


Membincangkan tuturan Sifa Sanjurio selanjutnya di blog kompasiana tentang tak adanya penonton perempuan Iran di pertandingan Iran vs Garuda. Apa yang anda pikirkan? Ada lagi. Parlemen di negara-negara Arab seperti Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar.. Juga kisah Thaliban di Afghanistan.  Ah..  sepertinya Adam tak lagi membutuhkan Hawa..
Seorang feminis dari Maroko, Fatima Mernissi, menjelaskan kepada kita tentang hadits-hadits misoginis. Dia memberi perspektif baru lewat tulisan yang bisa kita baca di buku bertitel  Islam Liberal. Dia menjelaskan “Yang membatalkan Sholat adalah ketika anjing dan wanita lewat...” Sebenarnya Abu Hurairah, sang periwayat hadits, kurang lengkap mendengar kalimat Nabi. Perawi tidak mendengar kalimat sebelumnya, “Jangan meniru orang Yahudi.... bahwa anjing dan wanita bisa membatalkan sholat”.
Ada lagi hadits: “Jika urusan diserahkan kepada perempuan, maka tunggulah kehancurannya”. Setelah diteliti, ternyata hadits ini diragukan keotentikannya. Hadits ini dituturkan seseorang demi menyelamatkan posisinya atas konflik antara  ‘Aisyah dan ‘Ali.
Tentu saja bertentangan dengan semangat Alqur-an yang tak membedakan kelamin. Sesungguhnya kemuliaan bagi Tuhan tergantung ketaqwaannya. 
Alangkah indahnya jika laki-laki dan perempuan bekerjasama dan berlomba-lomba mencapai kebaikan bersama. Betapa ruginya saat potensi besar pada wanita tidak dimanfaatkan, baik bagi negara maupun bagi perempuannya.
Dan bagi ibu rumah tangga, urusan Anda tidak kalah mulianya dibanding Ayah yang bekerja mencari nafkah. Mengurus rumah, menjaga harkat dan harta suami, mendidik anak-anak adalah pekerjaan berat, baik fisik maupun psikis.
Tiada lelah melebihi lelahnya ibu kala mengandung... (QS. Luqman). Terima kasih, Ibu...