Sabtu, 27 Agustus 2011

Smart


Banyak intelektual yang secara akademis dan pengalaman belajar formalnya sangat tinggi tetapi oleh kita malah tampak kurang pintar, mengapa? Atau pertanyaannya, bagaimana menjadi pintar?
Pertama, mencintai pengetahuan. Belajar dan membaca adalah hobi. Misalnya, buku lebih menarik daripada kecantikan wanita ataupun ketampanan pria. Sahabat Ali RA berkata : “hikmah tercecer di jalan-jalan. Tinggal kita mau memungutinya atau tidak”
Kedua, menjalin silaturahmi-dialogis, menyerap pengetahuan. Termasuk sekolah-madrasah. Pengalaman guru atau seseorang bertahun-tahun dapat dirangkum dan diserap hanya hitungan hari. Hal ini menjadikan generasi mendatang akan lebih unggul.
Ketiga, obyektif. Adagium arab berbunyi: “undzur ma qoola wa la tandzur man qoola”, lihat apa yang dikatakan jangan lihat siapa yang mengatakan. Subyektifitas hanya akan membuat pandangan picik, tidak bebas leluasa mengambil hikmah dari mana saja.
Keempat, Jujur tanpa kepentingan. Kepentingan hanya akan menutup diri dari usaha sungguh –sungguh mendapatkan makna sebenarnya. Kepentingan juga membodohkan.
Kelima, membagi ilmu.
Keenam, mempraktekkan ilmu. Katanya, Iblis membenci seorang fasiq (pendosa) tapi dermawan dan menyenangi seorang ilmuwan yang kikir.

Munggah neroko, nyemplung suargo

Munggah suarga, nyemplung neroko”. Ungkapan dalam bahasa jawa ini, menurut Cak Nur, menunjukkan pencapaian surga terasa lebih berat ketimbang terjerumus ke Neraka. Pilihan kata munggah atau naik (memanjat) untuk mencapai kenikmatan hidup memerlukan usaha yang sangat kuat, sedang nyemplung atau terjun sangatlah ringan dan mudah. Kalau dihadapan kita ada sebuah jurang maka kaki hanya perlu melangkah untuk jatuh.
Benarkah?
Syahdan, ketika ruh ‘ditiupkan’ Allah, ada nurani  dengan keimanan penuhnya dan nafsu yang baru benar-benar iman setelah melalui tahap penempaan. Sehingga sebenarnya nurani yang fitri bisa membimbing manusia selalu menuju kebaikan. Ingat Hadits Nabi terkenal: “ Istafti Qolbak walau aftakannas”.
Karena manusia mempunyai banyak kelemahan, dan bisa jadi nuraninya tertutupi berbagai hal termasuk oleh kepentingan egonya, maka Tuhan juga melengkapinya dengan agama lewat nabi dan kewahyuan. Agama juga semacam akselerator agar manusia lebih cepat mengenali kebenaran dan kebaikan. Sedang orangnya, yakni Rosulullah SAW bisa sebagai teladan yang riil bagi umatnya.
Dengan selalu ta’at pada nurani, kehidupan manusia akan dipenuhi kedamaian. Manusia yang pada dasaranya baik, hatinya akan selalu condong kepada kebaikan. Hatinya yang selalu damai dengan syukur, sabar, dan ihlas. Hati yang bersinar mewujud pada tingkah laku yang bagus (hasanah), mencontoh ahlak Tuhannya.
Sementara hawa nafsu dalam diri manusia selalu menggoda dan mengajak berpaling dari kata hati (nurani). Ibaratnya, nafsu mencoba agar manusia menyimpang dari jalan yang lurus (Shirothol mustaqim). Dengan iming-iming ‘kenikmatan semu’ lewat harta, kekuasaan, seks, gengsi, citra, dll. Maka muncullah berbagai macam jenis kemaksiatan.
Maka ‘munggah suarga’ merupakan usaha istiqomah untuk mengendalikan hawa nafsu yang Rosulullah SAW menyebutnya sebagai jihad  dan  suatu yang berat melebihi perang fisik. Sedang ‘nyemplung neroko’ sebagai lambang memperturutkan hawa nafsu yang terasa ‘lebih enteng’ dan ‘nikmat’.
Produk nurani adalah kenikmatan sejati, sedang produk hawa nafsu adalah kesengsaraan dan penderitaan, baik diri sendiri maupun orang lain. Dan sebenarnya lebih murah, logis dan membahagiakan untuk ta’at kepada nurani daripada kepada hawa nafsu, “munggah neroko, nyemplung suarga”.
Menyitir Rhoma Irama lewat syairnya: Jalan ke surga lebih murah..  Sholat gratis..... Zakat dan haji hanya bagi yang mampu... Sedang maksiat harus bayar...
Dan dari Iwan Fals: Keinginan (hawa nafsu) adalah sumber penderitaan......

Hukum Tuhan


“Indonesia adalah negara kafir karena tidak melaksanakan hukum Allah”, begitu ustadz yang satu ini berujar. Mungkin yang dimaksud adalah hukum-hukum yang sanksinya termaktub dalam nash-nsah alkitab atau lewat fikih, seperti cambuk, potong tangan, pancung, rajam, qishosh, dll. Kalau benar itu yang dimaksud, memang hukum negeri ini banyak mengadopsi hukum kolonial: di KUH Perdata (BW, Burgelegh Wetbook) dan KUH Pidana.
Ustadz lainnya meragukan aplikasi “hukum islam” ini karena misalnya yang akan dipakai versi fikih siapa dan yang mana, karena begitu banyak versi kompilasi hukum islam. Argumen lainnya mengapa “hukum islam” tak wajib diterapkan adalah bahwa hukum yang dibutuhkan ada pada semangatnya, yakni sanksi atas suatu kejahatan adalah timbulnya efek jera bagi pelakunya. Jadi sebenarnya sanksi kurungan dan denda yang selama ini berlangsung sudah dianggap mumpuni, hanya masalahnya terletak pada kesungguhan untuk menegakkan hukum. (NB: Jadi, kalau kita ingin memberantas terorisme, salah satu syaratnya, ya, harus tercipta keadilan)
Jadi, hukum Allah seperti apa yang dimaksudkan?
Hipotesanya adalah hukum Allah hanyalah padanan kata dari hukum alam. Bagi siapa yang berpikir dan menaati hukum alam maka kehidupannya akan berlangsung baik. Hukum bahwa mennggunduli hutan akan diikuti dengan bencana kehidupan, mulai suhu bumi yang meningkat, seringnya terjadi badai, cuaca ekstrem, banjir, sampai dengan menipisnya lapisan ozon di atmosfer. Dsb.
Hukum alam juga memperlihatkan keseimbangan. Bagaimana rotasi dan kecepatan bumi beredar. Sedikit saja berubah kecepatannya, kiamat bagi manusia. Bagaimana tata surya dan galaksi-galaksi dinamis dalam keteraturannya. Dsb. Dsb.
Hukum alam mengisyaratkan bahwa segala tindakan memperturutkan hawa nafsu, merugikan orang lain, hakekatnya adalah merugikan diri sendiri. Manusia adalah mahluk sosial, bukan tarzan. Manusia harus bahu membahu, saling menolong agar kehidupan terus bisa bertahan seperti seharusnya. Itulah tanggung jawab sebagai kholifah di bumi. Petengkaran, perepecahan, sikap acuh terhadap sesama hanya menjauhkan tujuan sebagaimana Tuhan perintahkan.
Prasangka, kebencian, kemarahan, ketidakjujuran jelas merusak pikiran dan sistem saraf maupun kekebalan tubuh. Demikian pula riba, mencuri dan menipu orang lain, karena jelas merugikan di jangka panjangnya.
Karena itulah, manusia modern akan lebih menyadari tentang kebaikan jika disentuh logikanya lewat argumen-argumen yang riil sesuai hukum alam. Ma’af,bukan dengan hukum Allah lewat  ancaman-ancaman akhiratnya yang sialnya, kurang ‘dibumikan’ oleh para da’i sehingga dirasa jauh dan hanya sebagai imaji saja.
Maka hukum mana yang melebihi sempurnanya hukum Allah atau sunnatullah (hukum alam)? Bagaimana menurut pendapat Anda?

Kamis, 25 Agustus 2011

Hidangan Jiwa

Hati (qolbu) adalah episentrum kebahagiaan. Maka dari itu agama sangat fokus terhadap kesehatan hati. Rosulullloh dalam hadits terkenal: “satu ‘unsur’ dalam manusia, yang kalau dia baik, maka semua akan baik, dan sebaliknya.... dialah qolbu. “ Maka sangat penting untuk mengelola hati agar tetap bersinar (nurani) dan  tidak gelap (dhulmani), berpenyakit.  Menjaga hati untuk istiqomah dalam syukur, sabar dan ihlas. Juga menjaga hati untuk tidak sombong, iri, dengki, hasud , dll.

Di bawah ini sedikit ‘trik’ agar hati tak berpenyakit:

Konsep: Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Segala yang meliputi langit dan bumi semua milik Allah dan manusia akan kembali kepadaNya. Manusia bukan pemilik sejati. Begitu mudahnya Allah untuk memberi, mengurangi bahkan mencabut kepemilikan semu tersebut. Bahkan nyawa sekalipun dapat sewaktu-waktu bisa kembali ke pemilik sebenarnya.
Peristiwa-peristiwa alam yang dramatis seperti gempa bumi, tsunami dan tornado cukup sebagai pelajaran. Walau secara ruhani, manusia adalah mahluk dengan sebagus-bagus penciptaan (Ahsani taqwiim), tetapi secara fisik, manusia begitu kecil dibanding alam semesta.

Tuhan lebih menilai usaha kita daripada hasil yang tercapai. Manusia berperan sebagai pelaku yang mengusahakan sesuatu sampai maksimal sedangkan hasilnya bisa tercapai semuanya, sebagian ataukah gagal, merupakan domain Tuhan. Bahasa agamanya: ihitiar dibarengi dengan tawakkal.
Setiap hari manusia bekerja, berkeringat, memeras otak sebagai ihitiar. Hasilnya bisa berbeda-beda sesuai kompetensi. Ada pengayuh becak (yang di negara tertentu dianggap kurang manusiawi) yang berpenghasilan Rp. 20.000, ada ‘manajer Rp. 1 Milyar’. Tapi tentu Tuhan lebih menghargai petani dengan ratusan ribu per bulan daripada pengusaha hitam, politikus busuk, ataupun birokrat jahat dengan juta-milyar per hari.
Demikian pula kita akan melihat kekayaan seseorang linier dengan kerja kerasnya. Kalau melihat kesuksesan dengan aset berlimpah, bayangan yang  tertanam adalah bukan besarnya kekayaan tetapi lebih kepada kerja keras fisik dan mental, dari proses menjadi pintar, ketekunan, keuletan hingga terbentuk jiwa enterpreneurship dengan pribadi yang tegar.
Hidup takkan lepas dari persaingan. Dan dalam idiom agama ada "fastabiqul khoirot". Berlomba-lomba dalam kebaikan. Jadi kalau pedagang dengan usaha yang maksimal, seperti harga yang bersaing,  pelayanan prima dll,  tentu tetap dalam koridor etika. Menjual dengan hati, kata Hermawan Kertajaya, pakar marketing.
Selain itu tujuan berdagang adalah mencoba menyediakan barang yang dibutuhkan. Kalau konsumen telah mendapatkannya dari outlet lain yang lebih dekat, misalnya, tentu tidak masalah dan “rizki sudah ada yang mengatur,” kata banyak orang.

Perbanyak sedekah. Bukan mengharap agar Allah memberi imbal balik lebih banyak tetapi melatih jiwa untuk menjaga jarak dengan dunia. “Sombong itu boleh, kalau sombongnya terhadap dunia” Kata Emha AN. Karena segala kesusahan berpangkal dari hubbu dunya (cinta dunia). Hadits Nabi: “Akan tercabut kehebatan Islam (kehidupan, kebahagiaan) kalau umatku lebih cinta dunia daripada cinta TuhanNya..”

Kebahagiaan seseorang adalah kebahagiaan semua orang, dan sebaliknya.. Simpati dan empati akan mendorong solidaritas sesama manusia. Sebagai mahluk sosial yang hidup dalam satu rantai yang berhubungan dan berkaitan, secara logika, kebahagiaan dan kesedihan satu anggota akan berdampak yang sama terhadap seluruh komunitas. Contohnya, kalau ada anggota yang miskin dan pengangguran maka akan berpotensi kepada ketidakamanan lingkungan.  Atau jika lingkungan kita makmur seperti petani yang panen raya, atau nelayan dengan tangkapan yang melimpah, tentu pasar menjadi ramai dengan harga-harga komoditas yang terjangkau.
Apalagi kalau sudah ke kebijakan anggaran negara, semakin makmur negara dengan penerimaaan  yang mumpuni, maka proyek kesejahteraan bersama akan mudah diwujudkan.

Berpikir panjang. Walal akhirotu khoirun wa abqo.. berpikir logis dengan mengesampingkan prasangka...

Rabu, 24 Agustus 2011

STMJ: Sholat (baca: ibadah)Terus Maksiat Jalan

Ketika setan-setan di belenggu pada bulan puasa tapi mengapa maksiat terus saja ada dan tak ada matinya? Bagiamana menjelaskannya?
Pertama yang perlu diingat adalah dalam diri manusia sudah ada potensi untuk berbuat salah dan lupa. Manusia diciptakan dengan hawa nafsu sebagai salah satu komponennya. Dia harus berusaha keras agar nafsunya bisa dikendalikan oleh akal dan hatinya. Usaha inilah yang dinilai Rosululloh sebagai lebih berat daripada pertempuaran Badar, pertempuran awal dan hidup mati bagi kelangsungan misi islam. Kalau menang, manusia akan berkedudukan lebih tinggi dari malaikat, mahluk ta’at tanpa nafsu.
Jadi kalau hidup diibaratkan sebuah pertempuran untuk mencapai kebaikan dunia akhirat, maka lawan manusia pertama dan terberat adalah diri sendiri, karena bersifat  intern dan melekat. Ahli perang Tiongkok dengan kalimat lain mengatakan: “berdamai dengan diri sendiri adalah setengah kemenangan sebelum melawan musuh di medan laga..” artinya sebelum menjalani hidup, manusia harus berbekal kemampuan pengelolaan diri lewat berbagai kecerdasan yang mungkin dalam bahasa Ary Ginanjar, ESQ Power. Selanjutnya kalau telah berumah tangga tentu harus ‘berdamai’ dulu dengan pasangan dan anggota keluarga lainnya. Demikian juga untuk membangun bangsa, syaratnya harus aman. Aman dari penindasan antar anak bangsa seperti politik kotor, korupsi, inkuisisi dll sebelum berperan bagi bangsa lain.
Setan adalah lawan dari luar.
Kedua, dengan berpuasa yang ihtisaban, secara logika manusia akan terhindar dari berbuat jahat. Puasa yang bermakna tidak hanya menahan lapar dahaga, tapi juga walau sekedar berkata-kata mubadzir. Andai lupa dan makan, hal ini tak membatalkan puasa. Tuhan mengatakannya sebagai  rizki. Andai ini sekedar menahan lapar, kenapa Rosulullah menganjurkan untuk mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka. Begitulah, puasa menjadikan pribadi kuat dan teguh dalam mengendalikan nafsu jahatnya.
Sehingga dalam bulan Romadlon, pintu surga terbuka, pintu neraka tertutup karena manusianya telah berhasil menangkap makna puasa dan menjadikan mereka bertaqwa. Semoga kita mampu meraihnya...  Amiin.

Cinta satu malam

“Setelah sekian hari saya bersama teman-teman berdemo, lelah rasanya. Apakah rezim penguasa akan segera turun sebagaimana tuntutan kami, ataukah dengan kekuasaan besarnya, mereka tetap bertahan.  Namun ketika saya dengar suara bang Iwan Fals dari sebuah radio, seketika menyulut kembali untuk tetap semangat...... (Wakil rakyat, seharusnya merakyat.. jangan tidur waktu sidang soal rakyat.. Wakil rakyat bukan paduan suara.. hanya tahu nyanyian lagu setuju...) Kami pun menduduki  gedung parlemen dan menguasainya.  Kamis, 21 Mei 1998, presiden tiga dasawarsa itupun rela lengser dengan ucapan yang selalu saya ingat: “tak jadi presiden tak pateken...” dan kami pun mencukur habis rambut kepala. Gundul... he..
Di Eropa, kisah reunifikasi Jerman tak mungkin dilepaskan dengan scorpion lewat wind of change. Tembok berlin pun runtuh. Lambang keangkuhan politik itu roboh setelah membantai sejumlah jiwa manusia. Sekitar  136 orang tercatat meninggal, (tetapi organisasi korban menyebutkan, jumlah orang yang tewas mencapai 700 jiwa, kompas.com). Setiap ada yang mau menyeberang dengan memanjatnya, senapan serdadu komunis pun menyalak. Dan saat ini, anda masih bisa membaca grafiti di sisa bangunan tembok yang sengaja dibiarkan sebagai pengingat sisi basyariah manusia. ”ist die fortsetzung des krieges mit anderen mitteln..”  atau ”politik merupakan kelanjutan perang dengan cara lain..”. (tapi jangan salah dengan politik, sebenarnya dia netral, artinya bisa mulia, bisa kotor berbau)
Cerita lain, komposisi mozart ataupun beethoven, menurut Gus Dur, mampu mengaktifkan hati dan pikiran menuju kedekatan dengan Robnya dan banyak saran bagi ibu-ibu hamil agar sering-sering memperdengarkan kepada janinnya dengan harapan bisa terangsang otaknya sehingga lebih pintar.
Dan  Rhoma Irama, sedikit banyak mempengaruhi banyak penggemarnya lewat lagu-lagu dakwahnya dan juga kritik sosialnya. Walaupun saat ini yang banyak dipopulerkan di daerah-daerah oleh grup musik lokal hanyalah lagu-lagu romantis pasaran antara pria-wanita.
Dan tentunya masih banyak lagi cerita tentang lagu, misalnya lagu-lagu perjuangan pembangkit semangat, pengiring kemerdekaan negeri.
Tapi, sayup-sayup saya dengar suara anak-anak kecil sedang riang berdendang: “Cinta satu malam......... oh, indahnya...” Nah!

Senin, 22 Agustus 2011

deRADIKALISASI

Mengikuti pengalaman keagamaan Munir, SH (alamarhum, pejuang kemanusiaan yang tewas saat berniat menimba ilmu ke Belanda):
Remaja munir ke mana-mana membawa senjata tajam, seakan-akan mau ber'jihad' melawan orang-orang kafir. Di benaknya, Islam, terancam dan dikepung oleh banyak musuh.
Perasaan yang sama oleh penulis. Bagaimana paranoid dan kecurigaan-kecurigaan selalu menghantui. Berperasangka tentang, misalnya kedatangan PM Israel ke Indonesia, juga tentang Gus Dur mau membuka hubungan diplomatik dengan negara zionis tersebut. Amerika dengan agresinya ke negara-negara yang katanya muslim. Konflik afghanistan, Mindanau, poso, dll.
Di lain pihak tentang sindrom kerendah dirian sebagai muslim, pemurtadan, berkelindan dengan katanya, Rosulullah SAW membanggakan umatnya di akhirat nanti dengan orientasi jumlah, bukan orientasi kualitas.
Mungkin saja, pikiran ini masih bergelayut di benak radikalis. (Catatan: radikalisis-fundamentalis ada di setiap agama). Bagaimana meminimalisirnya?
Pertama, Pemahaman keagamaan. Dengan konsep-konsep Islam rohmatan lil'alamin, misi Rosul untuk memperbaiki ahlak manusia, kebebasan beragama dengan "Laa ikrooha fiddiin...", "Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.." "Andai mau, Tuhan dengan sangat mudah menjadikan manusia semua menjadi beriman..." "Agama diturunkan bukan untuk Tuhan tapi untuk manusia.." dsb.dsb.
Kedua, kalimatun sawa, ancaman bersama. Problem kehidupan yang semakin kompleks bagi kelangsungan hidup bersama. Kebodohan, kemiskinan, kelaparan, politik primitif dan kesenjangan hidup. Juga pemanasan global dengan berbagai produk derivatifnya, seperti iklim yang ekstrem, ketercukupan bahan pangan, aneka penyakit, bencana alam dst. adalah tantangan-tantangan amat berat bagi sang khalifah bumi.
Ketiga, Dialog. Berangkat dari "tak kenal maka tak sayang", alangkah bagusnya stakeholders berkomunikasi. Barat dengan segala pencitraan buruk tentang Islam dan Timur, dan sebaliknya.
Menyimak tamsil dari seorang tokoh Ikhwanul muslimun, Al Ghazali, Islam di mata barat begitu buruk imagenya. Bagaikan penjual unta yang menjual untanya begitu murah dengan syarat membeli tali kekangnya yang sangat mahal. Ah.. andai tak ada tali kekang itu, begitu murahnya unta. andai tak ada pencitraan itu, begitu indahnya Islam. Tugas muslim adalah menginformasikan ajaran-ajarannya dibarengi sikap santun seperti telah ditunjukkan salah satunya oleh Shalahuddin Al Ayyubi, pahlawan perang salib.
Selanjutnya kita sadari bahwa benar ungkapan Muhammad 'Abduh: "saya banyak melihat islam di eropa walau tak banyak orang islam. dan saya tak banyak melihat islam di Arab walau banyak orang islam di sana." Bagiamana negeri-negeri barat dengan budaya dan peradaban tinggi. Ilmu pengetahuan memancar dan berkembang pesat. Budaya disiplin, kebersihan, keamanan, kemanusiaan, korupsi yang hampir nol. dll. Walau ada yang tentunya tak bisa ditiru, seperti pergaulan bebas, sistem ekonomi yang eksploitatif- rakus, dan banyak lainnya.
Akhirnya semuanya agar agama masih bisa eksis dan berdaya guna. Agama yang mempersatukan bukan mendorong peperangan dan kekerasan. Istilah Karen Amstrong, agama masih punya masa depan...

Go Green

Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8
Para ilmuwan menggunakan model komputer dari suhu, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuwan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
Iklim Mulai Tidak Stabil
Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Suhu pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuwan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, dimana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrem.
Peningkatan permukaan laut
Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.
Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
Dampak sosial dan politik
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climate change)yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang / kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
Pengendalian pemanasan global: mengendalikan karbon
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya.
Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, dimana karbon dioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan. (sumber: Wikipedia)
Jadi teringat Sejarah Nabi. Beliau mewanti-wanti kepada armada perangnya (selalu ingat bahwa perang adalah dalam rangka mempertahankan diri) untuk tidak membunuh anak-anak, perempuan, orang-orang renta (masyarakat sipil, bahasa sekarang) dan menebangi pohon (baca: merusak lingkungan).  Juga komentar Dr. Djohan Effendi: “Andai wahyu harus turun saat ini, mungkin akan banyak bertutur tentang lingkungan hidup...”
Dan saudara-saudara kita sudah lebih banyak berbuat untuk hal ini. Misalnya mereka akan lebih memilih produk-produk ramah lingkungan dan hemat energi, juga komoditas hasil daur ulang. Usaha-usaha menemukan energi alternatif yang tak berbahan fosil., dll.
Dalam pelajaran ekonomi makro sudah dikenalkan PDB Hijau, yakni menghitung Pendapatan Negara berbasis lingkungan. Bagaimana menghitungnya? PR.
Kita berpasrtisipasi dengan hal-hal kecil berdampak dan tentunya berpahala besar. Mendidik keluarga tentang pentingya lingkungan hidup, mengelola sampah, tidak minta bungkus plastik ketika berbelanja kalau tidak perlu atau lebih baik membawa tas belanja, menanam pohon, menghemat energi, dll.
Save our earth....... Selamatkan kehidupan masa depan.

Flatus

Sekali lagi saya harus memikir ulang tentang pelajaran yang lampau.
Dari tuturan seorang dokter bedah, Abdul Mughni Rozy dalam Blue surgeon (2011): “sering kali kentut dan berak dianggap sepele, berada di luar jangkauan pemikiran sehingga jauh disyukuri. Dua hari saja tidak mengeluarkan flatus (kentut), seseorang bisa masuk ruang operasi, terkena komplikasi anestesi, komplikasi pembedahan, perawatan pascaoperasi.......” selanjutnya beliau mengatakan: “......belum lagi biaya yang harus dikeluarkan. Urusannya bisa sangat panjang dan menguras energi. Sekedar info, untuk kelas VIP bisa sampai enam juta rupiah biaya operasinya, belum lagi biaya-biaya lainnya. Jadi, kalau mau memberi harga, sekali flatus harus membayar minimal enam juta rupiah...... fa bi ayyi aalaa i robbikumaa tukadzdzibaan. Banyak ayat ini dalam surat Ar Rohman yang artinya, maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan...”
Sesuatu bau dan menjijikkan sebenarnya adalah sebuah proses suci, serangkai dengan makan minum sehari-hari. Sebuah proses input output yang tidak bisa dipisahkan dan didiskriminatif. Sesuatu yang sebelumnya tampak bertambah buruk karena di surga, konon, manusia tidak berak, dan proses outputnya tergantikan cukup lewat keringat, walau ini mesti perlu pengkajian lebih lanjut. Mungkin bisa dijelaskan lewat ilmu pengetahauan modern, bagaiamana hal ini memungkinkan terjadi, atau sudah ada, tetapi hanya karena keterbatasan pengetahuan penulis.
Dan, saya merasa enjoy kali ini untuk memasuki WC dengan bismillah dan setelah itu alhamdulillah. Bisa kentut dan berak adalah nikmat luar biasa. Allahumma innii a’uudzubika minal hubutsi wal khabaaits.
Setelah bertahun-tahun teringat Pak Guru Agama tidak membolehkan menyebut asma Allah, membawa tulisan-tulisan Arab ke dalam WC.
Ingatlah Allah dimanapun kau berada... saat duduk, berdiri, berbaring.............