Rabu, 28 Maret 2012

Happy Birthday


Pernahkah kita khayalkan tidak pernah dilahirkan sehingga tidak bakalan merasakan ‘kepedihan’ hidup? Atau tidak akan pernah merasa terancam untuk dimasukkan ke neraka, bagi kita yang beragama?
Bahkan ras Eropapun dikhawatirkan akan punah. Mungkin saja jika ada opsi tidak pernah dilahirkan, mereka akan memilihnya. Buktinya, tingkat pertumbuhan penduduk bisa negatif. Dengan kondisi dunia yang penuh ‘ancaman’ mereka malas untuk regenerasi. Mereka merasa kasihan dengan kehidupan keturunannnya ditengah pemanasan global, perang nuklir, ketersediaan pangan, sistem ekonomi yang rakus, krisis air, aneka penyakit menakutkan dll.
Tetapi...
Sebenarnya setting manusia adalah kebahagiaan. Habitatnya adalah surga. Tengok saja kepada eyang kita, Adam as. Beliau ditempatkan di jannah, suatu tempat yang menyenangkan. Manusia ‘hanya’ harus mengendalikan nafsu. Bahkan seperti yang kita anggap kecil saat ini yakni hanya merasakan buah khuldi. Disebut kecil jika dibanding melimpahnya kenikmatan jannah.
Mungkin yang dibutuhkan adalah berdamai dengan diri sendiri. Untuk selalu berada di track yang lurus (shiroth al mustaqim). Menjadi pribadi yang berani jujur menuruti kata hati. Sehingga selalu merasakan kebahagiaan dan mampu bermakna bagi lingkungannya. Hal inilah yang menguatkan kita untuk melahirkan generasi yang lebih unggul. Menjadi manusia yang  menikah dan memiliki keturunan.
Selamat Ulang tahun...

Rabu, 14 Maret 2012

Sang Khalifah


Forbes kembali mengeluarkan daftar orang-orang kaya dunia. Jadi iri dengan Bill Gates. Memiliki banyak harta tanpa ada berita bahwa dia korupsi, mengemplang pajak atau menjadi preman. Dia tergeser ke urutan dua dunia dengan kekayaan 61 Milyar dollar setelah sebagian kekayaannya diamalkan.
Cerita lainnya tentang Sara Blakely (41). Kekayaannya mencapai 1 Milyar dollar (hampir Rp. 10 Trilyun), sebanding dengan kekayaan Djoko Susanto (62), pemilik alfamart. Bandingkan pula dengan orang terkaya di Indonesia, Budi Hartono (71) yakni  pemilik  Djarum, BCA, pusat perbelanjaan dan perhotelan Grand Indonesia dengan kekayaan mencapai 6,5 Milyar dollar.
Menariknya si Sara ini berbisnis dengan menjual pakaian dalam untuk melangsingkan tubuh. Dengan umur yang relatif muda, kita bisa menebak bahwa pertumbuhan bisnisnya lumayan cepat. Artinya, semakin banyak manusia menderita obesitas.
Juga berarti, biaya untuk mengurangi hasil makanan di tubuh sangat mahal. Sara Blakely, baru contoh dalam bentuk pakaian dalam. Belum terhitung aneka obat pelangsing, alat-alat ‘penghancur’ lemak, biaya ke pusat-pusat kebugaran dll. Bisa puluhan trilyun atau mungkin ratusan trilyun rupiah setiap tahunnya, perputaran uang dalam bisinis ini.
Dengan makan lebih dari idealnya kita mengeluarkan lebih banyak uang  kemudian kita rogoh kocek lebih dalam lagi untuk mengeluarkan sisa lebih dari makanan yang seharusnya ada dalam tubuh. Memasukkan dan mengeluarkan makanan, masing-masingnya ada biaya lebih. Aneh memang..  Aneh lagi kalau kita baca cerita imaji Dr. ‘Ali Syari’ati, sosiolog Iran, tentang mahluk luar angkasa yang berkunjung ke bumi  (dengan modifikasi). Ceritanya kepada ‘sang ketua’ tentang penguasa planet ini:
“Penguasa bumi berdiri tegak di atas dua kaki. Mereka juga memiliki dua tangan. Banyak ras dan bahasa. Omnivora. Makanannya dimasak dulu dan banyak yang tidak berguna bagi tubuhnya. Akhirnya malah memunculkan aneka macam penyakit. Sehingga manusia bumi harus pintar juga mengobati , pusing dengan penemuan obat baru dan membangun banyak rumah sakit. “
 “Sebagian mereka menyerang  yang lain, bukan untuk mendapatkan makanan. Mayat- mayat ditinggal begitu saja karena mereka bukan kanibal. Mereka hanya ingin menaklukkan dan merasa hebat kemudian membuat epos kepahlawanan. Anggaran militernya melebihi dana pengentasan kelaparan dan kemiskinan saudaranya”
“Sebagian hidup berfoya-foya, mabuk-mabukkan, membuang banyak sisa makanan, sementara sebagian lain mati kelaparan tiap hari.”  Begitu yang mulia. “Bahkan bumi mereka semakin hari semakin panas, es di kutub mencair, permukaan laut meninggi, cuaca ekstrim, semakin sering ada badai. Tak tahu yang mulia, apakah manusia mampu mencukupi ketersediaan pangannya di masa datang”
----------
Term ‘manusia’ dalam kitab suci ada dua, yakni ‘al basyar’ dan ‘al insan’. Yang diceritakan oleh mahluk imaji di atas adalah sisi basyariah manusia. Sisi fisik material. Secara fisik, manusia adalah mahluk kecil dibanding alam sekitarnya. Indera dan kekuatannya di bawah mahluk bumi lainnya.
Namun oleh Tuhan, manusia dibimbing untuk menyeberang menjadi ‘al insan’. Manusia ideal. Makanya ada istilah insan kamil, bukan basyar kamil. Manusia ini yang mampu menjadi khalifah seperti yang diamanatkan sejak penciptaannya. Hanya al insan yang mampu mengelola kehidupan bumi beserta keberlangsungannya dengan smooth dan damai. Manusia bertaqwa yang menggunakan akalnya dengan baik sehingga mampu menciptakan alat-alat yang berguna mengatasi keterbatasan indera dan kekuatannya.
Manusia yang tidak berhenti pada sisi kebendaan saja untuk menuju sisi spiritual. Manusia yang peduli kepada kebahagiaannya dan kebahagiaan manusia lainnya. Sehingga mampu bekerja sama dan bukan saling manyakiti. Bukan homo homini lupus. Manusia yang pasti juga pelestari lingkungan karena berpikir jangka panjang. 

Sabtu, 03 Maret 2012

Membakar Qur'an


Obama meminta ma’af atas kejadian pembakaran Qur’an oleh tentaranya di kamp Afghanistan. Mengapa mereka membakar? Para serdadu itu, yang bisa stres setelah sekian lama bertugas, menyimpulkan bahwa kitab suci ini yang memicu aksi kekerasan yang dilakukan umat islam. Apa memang begitu? Sudahkah mereka membaca, memahami isinya. Sudahkah mereka menangkap spiritnya. Atau pernahkah mereka membaca sejarah Muhammad yang dipuji Tuhan berahlak mulia, yang oleh ‘Aisyah, isteri Nabi, bilang bahwa ahlak Nabi adalah Qur’an. Atau melalui tulisan-tulisan M. Watt, Karen Armstrong, A. Schmeicel dan lain-lainnya.

Pernahkah mengintip ‘sedikit saja’ ajarannya tentang kasih, perdamaian, memaafkan, menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, kebebasan agama, menghormati hak-hak wanita,  dsb. dsb. Sudah utuhkah pemahaman, sehingga kesimpulan tak salah?

Tentang ayat-ayat perang itu..

Sekarang kita review sekelumit tentang sejarah ini yang dinukilkan dari buku “Sejarah Tuhan” Karen Armstrong.

Muhammad mengenalkan ajarannya dari Mekkah. Suatu kota yang belum pernah terjamah bahkan oleh dua kekuatan besar di barat dan timur, yakni Persia dan Romawi. Penduduknya menganut ajaran yang tidak rasional. Lingkungan ka’bah banyak dipenuhi patung-patung untuk dituhankan. Perlakuan terhadap wanita sangat menyedihkan. Bahkan Umar yang kelak menjadi khalifah kedua pernah membunuh bayi perempuannya. Memilik bayi perempuan adalah kehinaan. Budak dijual belikan layaknya komoditas dan yang wanita bisa ‘diperistri’ sesuka hati. Individualis penduduk Mekkah semakin tinggi menggantikan sikap rela berkorban demi komunitas bersama. Semua itu merisaukan hati pemuda Muhammad. Ini bisa mengancam keberlangsungan hidup Mekkah, yang kebetulan menjadi pusat perdagangan di wilayah sekitar dengan daya pikat ka’bah.

Kemudian Hijarah ke Madinah. Mengapa masyarakatnya wellcome? Ternyata madinah waktu itu sedang banyak konflik antar suku, termasuk suku Yahudi. Dan mereka berpendapat bahwa mereka membutuhkan seorang penengah untuk mengakhiri perselisihan. Maka dipilihlah Muhammad, seorang yang terkenal al amin, terpercaya sejak dulu. Sebelumnya mereka juga mengutus beberapa orang untuk mengenal lebih jauh sosok yang mengaku membawa ajaran baru ini.

Dan perang-perang seperti Badr, Uhud dan Khondaq merupakan upaya mempertahankan komunitas madinah. Pasukan Muhammad bukan umat islam saja, karena ini perang membela negara dari invasi mekkah. Sementara perang seperti Tabuk dalam kepemimpinan pasca Nabi disebutkan sebagai perang terhadap para pengemplang zakat (pajak), suatu bentuk penghormatan ke negara. Dan ini dibutuhkan untuk menjaga kesolidan, keutuhan dan keberlangsungan suatu komunitas ‘negara’ baru. Perang dibolehkan hanya dalam usaha survival. Perang adalah keterpaksaan dan dalam ajaran Nabi, perang memilik ‘kode etik’: tidak boleh membunuh wanita, orang tua, anak-anak dan merusak alam.

Kemudian mengapa ada teroris islam yang muncul belakangan ini?

Kalau kita menelaah perilaku para radikalis islam, pemicunya adalah geopolitik di timur tengah. Kesewenangan Israel, kemenduaan Amerika, politik minyak dsb. Mereka membumbui salah tafsir Qur’an untuk merekrut anggota dengan ‘membangkitkan jihad’.  Jangan lupa pula bahwa ada juga teori konspirasi tentang Osama bin Laden dan tentang peledakan WTC. Osama yang bekas anak didik Amerika dan satu komunitas yang terhindar dari bencana peledakan WTC, seakan tahu akan terjadi. Sedikit aneh Amerika kecolongan dan fakta bahwa gedung kembar itu sudah saatnya dipugar. Temuan terbaru tentang ambruknya gedung dan saksi mata bercerita, ada ledakan dari dalam gedung.

Kembali ke salah tafsir.

Ada juga kontribusi umat islam sendiri tentang kesalahan menangkap esensi Qur’an. Tamsilnya, teringat Gus Dur yang mengatakan Qur’an adalah kitab suci paling porno. Banyak yang marah. Gus Dur bilang bahwa di Qur’an ada cerita ibu meneteki bayinya. Nah, di pikiran orang ngerez (mungkin setelah melihat Blue film, misalnya) Qur’an bisa porno... Bener juga. Dan terbukti ASI memang terbaik. ASI ekslusif sampai dengan enam bulan, kata WHO. He.. Iklan yang buruk bagi penjual susu formula.

Kembali ke perang. Mungkin ada juga pengiriman pasukan ke daerah tertentu. Misalnya setelah Nabi mengirim utusan diplomatik untuk mengenalkan islam tetapi dijawab dengan membunuh utusan tersebut. Namun yang pasti bukan karena Nabi mempunyai negara satelit yang harus dilindungi meskipun menjadi anak 'bengal' atau karena urusan minyak (baca: harta). Dan sejarahpun bertutur bahwa agama ini disebar luaskan ke seluruh penjuru dunia melalui jalur informal, yakni perdagangan.

Akhirnya, membakar Qur’an bisa berbeda-beda bentuknya. Yang serdadu Amerika bakar adalah mushafnya atau lembaran-lembarannya, dan kita dengan mudah bisa mencetak jutaan Qur'an kembali. Tetapi kita di sini malah bisa membakar Qur’annya dalam variasi lain yang lebih menghanguskan meski tak menggunakan api dan minyak. Dengan Syirik, menuhankan benda lewat ketidakjujuran, kesombongan, keserakahan, keculasan, kebodohan, korupsi, membunuh yang tak bersalah, merusak alam dsb. dsb. Efeknya jelas beda! Yang terakhir adalah kehancuran.

Jumat, 02 Maret 2012

PDB adalah PDB, Tak Lebih!!!


PDB (Produk Domestik Bruto, Gross Domestic Product/GDP) adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian dalam kurun waktu tertentu. Salah satu pendekatan untuk menemukan angka PDB adalah dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran baik oleh rumah tangga (konsumsi, C), Industri (Investasi, I) dan pemerintah (Government, G) serta selisih ekspor-impor (X-I).
Pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah pertumbuhan PDB nya. Tetapi ukuran kesejahteraan rakyat dilihat dari PDB, nanti dulu.

Pertama, tentang pemerataan. PDB tinggi mencerminkan ‘kue’ yang besar tetapi tidak memberitahu kita seberapa meratanya dibagi ke seluruh populasi. Bisa jadi kita mencatat angka kemiskinan meningkat  pula di saat negara mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi meningkat..
Kedua, tidak semua aktivitas ekonomi tercatat oleh PDB. Misalnya, ada dua orang, sebut saja A dan B. Si A tiap hari ke kantor dengan jalan kaki. Untuk makan, cuci pakaian dan semua pekerjaan rumahan di kerjakan bersama isterinya, termasuk merawat orang tuanya yang sudah sepuh. Menjemur cucian cukup mengandalkan matahari. Jika ingin baca buku, ia pinjam ke perpustakaan. Bahkan walau hanya punya pekarangan sempit, ia bisa menanam sayuran sendiri. Seminggu sekali olah raga mengelilingi perkampungan.

Sementara si B, pergi ke kantor dengan mobil yang butuh bahan bakar dan biaya perawatan periodik. Selalu makan di restoran.  Mesin cuci plus pengeringnya ada di pojok rumahnya yang besar dan mewah. Sehingga dia perlu memepekerjakan pembantu. Suhu rumahnya selalu sejuk berpendingin sepanjang  tahun. Untuk anak-anaknya, ada beberapa pengasuh. Jika ingin baca buku, ia beli. Olah raganya di pusat kebugaran. Beli sayuran di pusat perbelanjaan. Orang tuanya dititipkan di panti jompo. Semantara si A sibuk dengan pekerjaan domestiknya, si B bisa punya waktu ke diskotik untuk minum-minum, berfoya-foya.
Bagi PDB, semua aktivitas si A tak tercatat dan tentu tidak mencerminkan pertumbuhan. Sedang konsumsi B meningkatkan PDB. Gajinya lebih tinggi, konsumsinya lebih banyak, aktivitas ekonominya lebih meriah.

Ketiga, PDB bukan satu-satunya ukuran kesejahteraan. Kembali ke ilustrasi di atas,  apakah B lebih sejahtera dibanding A? Nyatanya, ada indikasi subtil bahwa aneka macam produk yang dikonsumsi si B semestinya digolongkan -yang oleh sebagian ekonom- sebagai ‘bads’.  
Sistem pengamanan di rumah si B bisa jadi bukan indikator yang tepat buat atas keamanan personalnya. (nasehat nenek: “pagar mangkok lebih kuat daripada pagar tembok”. Bersosialisasi dengan tetangga dan guyub, disimbolkan memberi makanan dalam mangkok).

Kemudian dengan meihat hasil tes medisnya, pengeluaran B untuk perawatan kesehatan sangatlah kelewatan. Lebih lagi, polusi akibat kemacetan dekat rumahnya. Sementara pom bensin dan toko onderdil akan semakin banyak, jika orang-orang tipe B bertambah, sangat mungkin berkontribusi pada masalah-masalah sosial dan lingkungan. Dan kita tak tahu juga bila si B hidup ‘lebih besar pasak daripada tiang’, karena kemudahan kredit, tak bisa diprediksi kualitas hidupnya di masa datang.

Keempat, PDB juga tidak mengukur keberlanjutan hidup. Produksi Sumberdaya alam seperti hasil hutan, pertambangan, perikanan dsb, akan menampakkan PDB naik, tetapi tentu bisa mengurangi kualitas dan keberlanjutan hidup. Ekslpoitasi hutan meningkatkan suhu bumi, pertambangan, bisa anda klik di blog ini, misalnya, tentang “emas yang tak lagi berkilau”. Dan baru baru ini kita  baca tentang minyak di negeri ini yang akan segera habis.

Kelima, lebih lanjut tentang konsumsi bad goods. Yakni, belanja untuk pertahanan. Sedikit fakta, ribuan trilyun rupiah ‘dibuang’ hanya untuk perang irak dan afghanistan. Apakah lebih sejahtera dengan belanja-belanja untuk yang katanya memerangi teroris? Atau hanya memunculkan kebencian dan menyuburkan teror? Seperti yang dituturkan  dalam buku “benturan antar fundamentalis”. Dan Anda pasti  tercengang ketika diberi tahu bahwa biaya pemeliharaan alat-alat perang semua negara selama 6 minggu saja sudah mampu mengentaskan kelaparan dunia.  Ah... “Andai dunia tak punya tentara, tentu tak ada perang yang makan banyak biaya..”, kata Iwan Fals dalam lagu pesawat tempur.

Satu lagi tentang ‘barang buruk’, yaitu rokok. Berapa banyak produksi atau konsumsi rokok negeri ini yang tentunya tercatat dalam PDB? Kelihatannya PDB tinggi, tetapi untuk komoditi yang membahaykan kesehatan, tentu tak baik. (ironisnya rokok menempati urutan kedua setelah beras, di daftar barang-barang yang dikonsumsi masyarakat kita, melebihi konsumsi untuk pendidikan, kesehatan dsb. : survei LD-UI).

Kementerian kesehatan melaporkan angka pengeluaran untuk rokok pada tahun 2010 sebesar 231,27 trilyun rupiah. Rinciannya, untuk beli rokok Rp. 138 T, perawatan medis akibat rokok sebesar Rp. 2,11 T serta hilangnya produktivitas Rp. 91,16 T. Angka ini melebihi penerimaan negara dari cukai sebesar Rp. 73,25 T (2011) dan anggaran Kemenkes pada tahun 2012, Rp. 29,92 T.
Fakta lainnya, pemilik pabrik rokok selalu masuk daftar orang terkaya, namun petani tembakau dan pekerja pabrik rokok tak beranjak dari kesulitan.



Akhirnya, kita ingat Simon Kuznets, penemu PDB, yang sejak awal mengkhawatirkan tentang aktivitas perekonomian bangsa (baca, PDB) bisa disalah artikan sebagai kesejahteraan warganya.

Karena itu, misalnya ada konsep tentang Green GDP atau negeri Bhutan yang tengah merancang GHN (Gross National Happiness) dan Amartya Sen dengan Indeks Pembangunan Manusia-nya.

(referensi: N G. Mankiw: Makroekonomi dan Joseph E Stiglitz, dkk: Mengukur Kesejahteraan)