Analisis rezim kurs sampai pada
kesimpulan yang sederhana: kita tidak dapat memiliki semuanya. Mustahil bagi
negara untuk menggunakan sekaligus dari tiga sisi: rezim aliran modal yang
bebas, kurs tetap dan kebijakan moneter yang independen. Fakta ini, sering
disebut dengan trinitas yang mustahil (impossible
trinity). Sebuah negara harus memilih salah satu dari segitiga ini, dan
melupakan kelebihan institusi dua sisi lainnya.
Pilihan pertama seperti dilakukan
AS beberapa tahun terakhir, yaitu memudahkan aliran modal untuk datang-pergi,
dengan keleluasaan menerapkan kebijakan moneter yang independen. Pada kasus
ini, tidak mungkin menetapkan kurs tetap. Kurs harus mengambang untuk
menyeimbangkan pasar valuta asing.
Pilihan kedua dengan kebebasan
aliran modal dan kurs tetap, seperti yang dipraktekkan oleh Hongkong. Namun,
negara tidak bisa menjalankan kebijakan moneter yang independen. Jumlah uang
beredar harus menyesuaikan agar mampu menjaga kurs pada tingkat yang telah
dikehendaki. Dalam beberapa hal, ketika suatu negara mematok uangnya dengan
mata uang tertentu, berarti ia mengadopsi kebijakan moneternya sekaligus.
Pilihan Ketiga adalah dengan
membatasi aliran modal internasional, baik masuk maupun keluar. Kurs tidak lagi
tetap terhadap tingkat bunga dunia namun ditentukan oleh kekuatan domestik
seperti yang telah terjadi pada kasus perekonomian tertutup. Karena itu, suatu
negara bisa menggabungkan kurs tetap dan kebijakan moneter independen.
Sejarah menunjukkan sebuah negara
sanggup dan dapat memilih salah satu sisi dari trinitas. Tiap negara harus
bertanya pada dirinya: Apakah ingin hidup dalam kurs yang bergejolak (pilihan
1), apakah mau melupakan kegunaan kebijakan moneter untuk tujuan stabilitas
domestik (pilihan 2), atau apakah negara tersebut ingin membatasi warganya dari
berpartisipasi pada pasar uang dunia (pilihan 3)? Trinitas yang mustahil
menyatakan tidak satupun negara dapat menghindari pilihan ini.
(Sumber: N Gregory Mankiw,
Makroekonomi Edisi 6)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar