Sabtu, 08 Oktober 2011

Paradoks Tuhan


Anda merasa belum ‘ngeh’ ketika membaca atau mendengar tentang sifat-sifat Tuhan yang saling bertentangan? Mengapa Tuhan bersifat Jabbaar (pemaksa), Qohhaar (diktator), mutakbbir (sombong), dan dzuntiqoom (pendendam). Tetapi di sisi lain sifat-sifat Tuhan serba lunak dan lembut, misalnya waduud (santun), Rahiim (penyayang), Ghofuur (pengampun)?
Nah penjelasan berikut mungkin mampu memberi sebagian gambarannya. Diambil dari buku kumpulan khotbah Nurcholish Madjid.
Secara sempurna, sifat-sifat Tuhan terkumpul dalam keseluruhan nama-nama yang disebut al-asma al husna (nama-nama baik) sebanyak 99. Itulah deretan sifat-sifat Tuhan, sifat-sifat itu mencakup -bahasa sehari-hari kita- watak ekstrim kanan sampai ekstrim kiri. Sifat-sifat yang saling bertentangan ini karena Tuhan adalah zat yang maha tinggi yang tidak dapat digambarkan. Gambaran apapun pasti kurang. Kalau gambaran kita hanya sebatas zat yang maha pengampun dan penyayang saja, maka berbahaya. Kita akan menganggap Tuhan biasa-biasa saja. Kemudian kita menjadi sembrono. Kita akan mengalami kelembekan moral. Karena kita beranggapan bahwa apapun yang kita lakukan pasti akan diampuni Tuhan.
Tetapi sebaliknya, kalau kita menghayati Tuhan hanya sebagai zat yang serba keras, maka kita akan kehilangan harapan (pesimis) kepada Tuhan. Itupun suatu malapetaka kerohanian.
Perlu juga ditambahkan keterangan di atas, bahwa lillaahi maa fi samaawaati wal ardl, segala yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah, baik itu sesuatu yang kita anggap kanan maupun kiri. Bahkan Tuhan juga meliputi ekstrimnya.
Lalu bagaimana seharusnya sikap kita kemudian? Nurcholish Madjid menyarankan seperti Qur’an bilang: “serulah Tuhan dengan harap-harap cemas (khoufan wa thoma’an..”). Jangan memastikan ampunan Tuhan, tetapi juga jangan putus asa dari kemungkinan ampunan Tuhan.
Selanjutnya Nurcholish Madjid menyarankan kepada kita  jika mengalami kesulitan menghayati keseluruhan sifat Tuhan, maka pilih satu saja sifat yang “tanpa resiko terlalu besar”, yaitu sifat rahmat. Tirulah rahmat Allah SWT.
Satu-satunya sifat Tuhan yang yang diwajibkan atas dirinya ialah rahmah. “Wakataba ‘alaa nafsihil_rohmah...”, artinya, “Allah mewajibkan atas diriNya sifat rahmah”.
Rahmah atau kasih Tuhan itu meliputi segala sesuatu, sama dengan ilmu. “wa rohmatii wasi’at kulla syaiik..”, artinya: “dan rohmatku meliputi segalanya..” (QS.7:156), juga, “Robbanaa wasi’at kulla syai-in rohmatan wa ‘ilmaa..”, artinya: “Ya Allah, rohmat dan ilmu Mu meliputi segalanya..” (QS.40:8).
Dalam Alqur’an menjelaskan juga bahwa kata rohmat dikaitkan dengan hal-hal yang positif tentang kehidupan kita. Nafsupun bisa sangat positif asal dibimbing oleh rahmah (cinta kasih) Tuhan (QS. 12:53). Rohmah juga berhubungan dengan sikap lemah lembut (toleran) (QS.3:159), dan berhubungan dengan  sikap rendah hati untuk melihat kemungkinan diri kita salah (QS.11:118-119).
Hadits Nabi tentang cinta kasih: "Orang-orang yang menunjukkan cinta kasih kepada sesamanya, akan dicintai oleh Dia yang maha kasih. Cintailah mereka yang di bumi, maka Allah yang di langit akan mencintaimu". (HR. Tirmidzi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar