Pelajaran di MI (setingkat SD), fikih (hukum agama) melarang anak laki-laki tidak boleh
beraksesoris yang berbahan emas, sedang anak perempuan diperbolehkan. Mengapa? Nah
itu yang belum tahu. Perlu pelajaran lebih tinggi. Mungkin lewat ushul nya.
Sekarang yang sedikit tahu adalah tentang bagaimana
penambangan emas mempunyai sisi-sisi gelap, seperti penuturan Siti
Maemunah, aktivis LH dan penulis produktif kepada kompas, 9-10-2011.
Dia mengatakan bahwa untuk memperoleh 1 gram emas maka akan
dibuang 2,1 ton limbah batuan dan lumpur tailing, 5,8 kilogram emisi beracun,
termasuk 260 gram timbal, 6,1 gram merkuri dan 3 gram sianida yang diwariskan
kepada penduduk lokal dan lingkungan sekitar.
Seberapa jauh dampak kerusakannya? Berikut diuraikan bahaya-bahayanya
yang diambil dari beberapa sumber (www.kamusilmiah.com,
www.jatam.org, www.bgl.esdm.go, www.science.org.au):
Tentang arsen.
Air minum yang mengandung arsen apabila melebihi nilai
ambang batas, dengan gejala keracunan kronis yang ditimbulkannya pada tubuh
manusia, yakni berupa iritasi usus, kerusakan syaraf dan sel.
Tentang Merkuri.
Merkuri membahayakan kesehatan manusia apabila unsur merkuri
dalam badan air berubah secara kimia menjadi senyawa metil-merkuri. Terdapat
aneka jenis mekanisma oleh mikro organisma yang dapat membentuk spesies metil
merkuri menjadi racun, terutama apabila dimakan oleh ikan. Pengaruh merkuri
organik bisa menghambat jalan darah ke otak dan gangguan metabolisme dari sistem
syaraf. Merkuri non organik merusak fungsi ginjal dan hati.
Tentang Timbal.
Timbal adalah unsur yang bersifat racun kumulatif.
Penyerapan unsur yang melebihi nilai ambang batas akan mengikat secara kuat
sejumlah molekul asam amino, hemoglobin (Hg), enzim, RNA dan DNA. Hal ini akan
mengarah kepada kerusakan saluran metabolik, hipertensi darah, hiperaktif dan
kerusakan otak.
Tentang Sianida.
Sianida seukuran biji beras saja, bisa berakibat fatal bagi
manusia. Sepersejuta gram sianida dalam seliter air bisa fatal bagi ikan. Sianida
juga bisa menghambat kerja enzim tertentu di dalam sel, mengganggu penggunaan
oksigen oleh sel dan dapat menyebabkan kematian sel. Pada dosis tertentu dapat
membunuh manusia dalam waktu 15 menit saja akibat kekurangan oksigen.
Banyak pengalaman menjelaskan bahwa tak pernah ada
perusahaan yang berhasil menghindari kebocoran air dan limbah yang mengandung sianida ke
ekosistem.
Amerika dan Kanada pun sudah melarang pengunaan sianida
sejak lama.
Telah banyak saudara-saudara kita menderita akibat pembuangan limbah penambangan emas yang kurang sempurna.
Dengan sekelumit bahasan di atas, masih terasa berkilaukah emas milik kita?
NB:
Karya buku Siti Maemunah, diantaranya:
Petaka Pembuangan Tailing ke Laut (2011);
Mengeruk Emas Menebar Bencana (2002);
Menambang Petaka di Meru Betiri (2002);
Indonesia Bangkrut, Negara Disandera Pemodal dan Birokrasi
Korup (2005);
Freeport: Bagaimana Pertambangan Emas dan Tembaga Raksasa
Menjajah Indonesia (2006);
Pertambangan dan Pelanggaran HAM (2007);
Pertambangan dan Perusakan Lingkungan (2007);
Mautnya Batubara: Pengerukan Batubara dan Generasi Suram
Kalimantan (2010);
Membaca Jejak Perubahan Iklim (2010);
Keadilan Gender dan Keadilan Iklim (2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar