Senin, 10 Oktober 2011

Emas Tak Lagi Berkilau


Pelajaran di MI (setingkat SD), fikih (hukum agama) melarang anak laki-laki tidak boleh beraksesoris yang berbahan emas, sedang anak perempuan diperbolehkan. Mengapa? Nah itu yang belum tahu. Perlu pelajaran lebih tinggi. Mungkin lewat ushul nya.
Sekarang yang sedikit tahu adalah tentang bagaimana penambangan emas mempunyai sisi-sisi gelap, seperti penuturan Siti Maemunah, aktivis LH dan penulis produktif kepada kompas, 9-10-2011. 
Dia mengatakan bahwa untuk memperoleh 1 gram emas maka akan dibuang 2,1 ton limbah batuan dan lumpur tailing, 5,8 kilogram emisi beracun, termasuk 260 gram timbal, 6,1 gram merkuri dan 3 gram sianida yang diwariskan kepada penduduk lokal dan lingkungan sekitar.
Seberapa jauh dampak kerusakannya? Berikut diuraikan bahaya-bahayanya yang diambil dari beberapa sumber (www.kamusilmiah.com, www.jatam.org, www.bgl.esdm.go, www.science.org.au):


Tentang arsen.
Air minum yang mengandung arsen apabila melebihi nilai ambang batas, dengan gejala keracunan kronis yang ditimbulkannya pada tubuh manusia, yakni berupa iritasi usus, kerusakan syaraf dan sel.
Tentang Merkuri.
Merkuri membahayakan kesehatan manusia apabila unsur merkuri dalam badan air berubah secara kimia menjadi senyawa metil-merkuri. Terdapat aneka jenis mekanisma oleh mikro organisma yang dapat membentuk spesies metil merkuri menjadi racun, terutama apabila dimakan oleh ikan. Pengaruh merkuri organik bisa menghambat jalan darah ke otak dan gangguan metabolisme dari sistem syaraf. Merkuri non organik merusak fungsi ginjal dan hati.
Tentang Timbal.
Timbal adalah unsur yang bersifat racun kumulatif. Penyerapan unsur yang melebihi nilai ambang batas akan mengikat secara kuat sejumlah molekul asam amino, hemoglobin (Hg), enzim, RNA dan DNA. Hal ini akan mengarah kepada kerusakan saluran metabolik, hipertensi darah, hiperaktif dan kerusakan otak.
Tentang Sianida.
Sianida seukuran biji beras saja, bisa berakibat fatal bagi manusia. Sepersejuta gram sianida dalam seliter air bisa fatal bagi ikan. Sianida juga bisa menghambat kerja enzim tertentu di dalam sel, mengganggu penggunaan oksigen oleh sel dan dapat menyebabkan kematian sel. Pada dosis tertentu dapat membunuh manusia dalam waktu 15 menit saja akibat kekurangan oksigen.
Banyak pengalaman menjelaskan bahwa tak pernah ada perusahaan yang berhasil menghindari kebocoran air  dan limbah yang mengandung sianida ke ekosistem.
Amerika dan Kanada pun sudah melarang pengunaan sianida sejak lama.
Telah banyak saudara-saudara kita menderita akibat pembuangan limbah penambangan emas yang kurang sempurna.

Dengan sekelumit bahasan di atas, masih terasa berkilaukah emas milik kita?

NB:
Karya buku Siti Maemunah, diantaranya:
Petaka Pembuangan Tailing ke Laut (2011);
Mengeruk Emas Menebar Bencana (2002);
Menambang Petaka di Meru Betiri (2002);
Indonesia Bangkrut, Negara Disandera Pemodal dan Birokrasi Korup (2005);
Freeport: Bagaimana Pertambangan Emas dan Tembaga Raksasa Menjajah Indonesia (2006);
Pertambangan dan Pelanggaran HAM (2007);
Pertambangan dan Perusakan Lingkungan (2007);
Mautnya Batubara: Pengerukan Batubara dan Generasi Suram Kalimantan (2010);
Membaca Jejak Perubahan Iklim (2010);
Keadilan Gender dan Keadilan Iklim (2011).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar