Forbes kembali mengeluarkan daftar orang-orang kaya dunia. Jadi iri dengan Bill Gates. Memiliki banyak harta tanpa ada berita bahwa dia korupsi, mengemplang pajak atau menjadi preman. Dia tergeser ke urutan dua dunia dengan kekayaan 61 Milyar dollar setelah sebagian kekayaannya diamalkan.
Cerita lainnya tentang Sara Blakely (41). Kekayaannya
mencapai 1 Milyar dollar (hampir Rp. 10 Trilyun), sebanding dengan kekayaan
Djoko Susanto (62), pemilik alfamart. Bandingkan pula dengan orang terkaya di
Indonesia, Budi Hartono (71) yakni pemilik
Djarum, BCA, pusat perbelanjaan dan
perhotelan Grand Indonesia dengan kekayaan mencapai 6,5 Milyar dollar.
Menariknya si Sara ini berbisnis dengan menjual pakaian
dalam untuk melangsingkan tubuh. Dengan umur yang relatif muda, kita bisa
menebak bahwa pertumbuhan bisnisnya lumayan cepat. Artinya, semakin banyak
manusia menderita obesitas.
Juga berarti, biaya untuk mengurangi hasil makanan di tubuh
sangat mahal. Sara Blakely, baru contoh dalam bentuk pakaian dalam. Belum
terhitung aneka obat pelangsing, alat-alat ‘penghancur’ lemak, biaya ke
pusat-pusat kebugaran dll. Bisa puluhan trilyun atau mungkin ratusan trilyun
rupiah setiap tahunnya, perputaran uang dalam bisinis ini.
Dengan makan lebih dari idealnya kita mengeluarkan lebih banyak
uang kemudian kita rogoh kocek lebih
dalam lagi untuk mengeluarkan sisa lebih dari makanan yang seharusnya ada dalam
tubuh. Memasukkan dan mengeluarkan makanan, masing-masingnya ada biaya lebih.
Aneh memang.. Aneh lagi kalau kita baca
cerita imaji Dr. ‘Ali Syari’ati, sosiolog Iran, tentang mahluk luar angkasa
yang berkunjung ke bumi (dengan
modifikasi). Ceritanya kepada ‘sang ketua’ tentang penguasa planet ini:
“Penguasa bumi berdiri tegak di atas dua kaki. Mereka juga
memiliki dua tangan. Banyak ras dan bahasa. Omnivora. Makanannya dimasak dulu dan banyak yang tidak berguna bagi
tubuhnya. Akhirnya malah memunculkan aneka macam penyakit. Sehingga manusia
bumi harus pintar juga mengobati , pusing dengan penemuan obat baru dan
membangun banyak rumah sakit. “
“Sebagian mereka
menyerang yang lain, bukan untuk
mendapatkan makanan. Mayat- mayat ditinggal begitu saja karena mereka bukan
kanibal. Mereka hanya ingin menaklukkan dan merasa hebat kemudian membuat epos
kepahlawanan. Anggaran militernya melebihi dana pengentasan kelaparan dan kemiskinan saudaranya”
“Sebagian hidup berfoya-foya, mabuk-mabukkan, membuang
banyak sisa makanan, sementara sebagian lain mati kelaparan tiap hari.” Begitu yang mulia. “Bahkan bumi mereka semakin
hari semakin panas, es di kutub mencair, permukaan laut meninggi, cuaca
ekstrim, semakin sering ada badai. Tak tahu yang mulia, apakah manusia mampu
mencukupi ketersediaan pangannya di masa datang”
----------
Term ‘manusia’ dalam kitab suci ada dua, yakni ‘al basyar’ dan ‘al insan’. Yang diceritakan oleh mahluk imaji di atas adalah sisi basyariah manusia. Sisi fisik material.
Secara fisik, manusia adalah mahluk kecil dibanding alam sekitarnya. Indera dan
kekuatannya di bawah mahluk bumi lainnya.
Namun oleh Tuhan, manusia dibimbing untuk menyeberang
menjadi ‘al insan’. Manusia ideal.
Makanya ada istilah insan kamil,
bukan basyar kamil. Manusia ini yang
mampu menjadi khalifah seperti yang diamanatkan sejak penciptaannya. Hanya al insan yang mampu mengelola kehidupan
bumi beserta keberlangsungannya dengan smooth
dan damai. Manusia bertaqwa yang menggunakan akalnya dengan baik sehingga mampu
menciptakan alat-alat yang berguna mengatasi keterbatasan indera dan
kekuatannya.
Manusia yang tidak berhenti pada sisi kebendaan saja untuk
menuju sisi spiritual. Manusia yang peduli kepada kebahagiaannya dan
kebahagiaan manusia lainnya. Sehingga mampu bekerja sama dan bukan saling
manyakiti. Bukan homo homini lupus. Manusia yang pasti juga pelestari lingkungan karena berpikir jangka
panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar