Pernahkah kita khayalkan tidak pernah dilahirkan sehingga
tidak bakalan merasakan ‘kepedihan’ hidup? Atau tidak akan pernah merasa
terancam untuk dimasukkan ke neraka, bagi kita yang beragama?
Bahkan ras Eropapun dikhawatirkan
akan punah. Mungkin saja jika ada opsi tidak pernah dilahirkan, mereka akan
memilihnya. Buktinya, tingkat pertumbuhan penduduk bisa negatif. Dengan kondisi
dunia yang penuh ‘ancaman’ mereka malas untuk regenerasi. Mereka merasa kasihan
dengan kehidupan keturunannnya ditengah pemanasan global, perang nuklir,
ketersediaan pangan, sistem ekonomi yang rakus, krisis air, aneka penyakit
menakutkan dll.
Tetapi...
Sebenarnya setting manusia adalah kebahagiaan. Habitatnya adalah surga. Tengok
saja kepada eyang kita, Adam as.
Beliau ditempatkan di jannah, suatu
tempat yang menyenangkan. Manusia ‘hanya’ harus mengendalikan nafsu. Bahkan
seperti yang kita anggap kecil saat ini yakni hanya merasakan buah khuldi.
Disebut kecil jika dibanding melimpahnya kenikmatan jannah.
Mungkin yang dibutuhkan adalah
berdamai dengan diri sendiri. Untuk selalu berada di track yang lurus (shiroth al
mustaqim). Menjadi pribadi yang berani jujur menuruti kata hati. Sehingga selalu
merasakan kebahagiaan dan mampu bermakna bagi lingkungannya. Hal inilah yang menguatkan
kita untuk melahirkan generasi yang lebih unggul. Menjadi manusia yang menikah dan memiliki keturunan.
Selamat Ulang tahun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar