Selasa, 19 Juli 2011

Berbahagialah..

Pencapaian kebahagiaan sering dihadapkan antara dunia dan akhirat. Ada empat kategori: pertama, bahagia di dunia dan akhirat. Kedua, derita di dunia tetapi di akhirat bahagia. Ketiga, bahagia di dunia tetapi menderita di akhirat. Terakhir, menderita di dunia dan akhirat. Jelas kategiorisasi ini lekat dengan nafas materialistik. Kesusahan di dunia berarti juga susah secara materi, sebaliknya kebahagiaan, lebih tepatnya kesenangan hidup di dunia adalah kekayaan materi. Karena kita tahu, materi bukan satu-satunya variabel penentu kabahagiaan. Bahkan harta, kekuasaan, dan "kenikmatan" dunia lainnya sering membikin lelah. Akan membahagiakan jika materi sebagai sarana untuk berbagi dengan lingkungannya.
Banyak sekali manusia dengan keterbatasan materi tetap mampu mereguk kenikmatan hidup sejati. Baitii Jannatii (rumahku surgaku) terucap dari seorang yang lebih suka menjadi seorang miskin. Muhammad SAW adalah hartawan. Dikabarkan saat menikahi Siti Khadijah, beliau memberi mas kawin 50 unta. Hanya menjadi "kurang" karena banyak sekali yang didermakan. Inilah kebahagiaan.
Orang Inggris mengatakan "home sweet home". Home lebih ke kenyamanan hati, bukan house yang lebih menonjolkan sisi fisik bangunan.
Tetapi jangan salah, simpati dan empati harus dibarengi dengan keihlasan hati untuk ridlo Illahi. Walaupun Tuhan tidak peduli apakah ada atau tidak, ihlas itu, yang penting kita berderma.
Kebahagiaan ada dalam hati. Mengelola hati dengan sabar dan syukur. Sesuatu yang tampaknya adalah derita akan berubah menjadi bahagia dengan kesabaran. Nietzsche, sang filsuf Jerman berkata : "Amor fatii", sudah tak ada lagi derita. Derita bagiku sudah menjadi kebahagiaan.
Dan ternyata sabar bukanlah pasif tetapi dia aktif. kalau kita ingin mencapai sesuatu, misalnya menuntut ilmu, juga disertai sabar.
Sementara syukur atas yang kita rasakan sebagai nikmat merupakan deklarasi selalu adanya peran Tuhan dalam setiap usaha kita. "Laa haula wa laa quwwata illa billaah" menjadikan kita tak lupa diri. Perwujudannya adalah kerendahan hati, tidak sombong dan kesediaan berbagi dengan sesama.
Jadi kalau kita merasakan hidup penuh derita sekarang ini.. adalah tanda hidup di akhirat juga akan sama..
Tuhan berfirman: "wa man kaana fii haadzihi a'maa fahuwa fi alaakhiroti a'maa wa adlollu sabiilaa", artinya: "Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan (lebih) buta pula dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)" QS. 17:77.)

Bagiamana menurut Anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar