Sabtu, 03 September 2011

Fair Play


Penduduk mekkah sepakat tentang pemuda bernama Muhammad. Dia lambang kejujuran. Mereka menjulukinya, Al- Amin, yang dapat dipercaya. Kalau Anda waktu itu mencari seseorang untuk diminta membawa ekspedisi barang dagangan antar negara, maka Muhammad lah orangnya. Perselisihan untuk mengembalikan hajar aswad ke tempatnya setelah pemugaran ka’bah,  pemuda Muhammad menyelesaikannya dengan cantik, win win solution.
Setelah menjadi Rosululloh SAW, baru terdengar julukan pembohong, tukang sihir dsb. hanya karena ajaran-ajaran yang disampaikannya menohok dasar akidah mereka dan mengkhawatirkan keuntungan posisi  ka’bah dengan berhala-berhala disekitarnya sebagai pusat perdagangan regional. Kapitalis dan birokrat korup mencoba dengan segala cara menghentikan dakwah sang pencerah.
Mengapa Beliau akhirnya berhasil? Salah satunya adalah dengan kejujuran. Ash shiddiq adalah salah satu sifat para nabi selain amanah, tabligh dan fathonah. Beliau bersabda: “Percayalah bahwa kejujuran akan menyelamatkanmu (bisa berarti, mendamaikanmu)”.  Betapa sulitnya seorang pendusta menjalankan amanat dakwah, mengajak orang lain mempercayai sesuatu, apalagi tentang ajaran agama yang juga harus mengimani hal ghaib. Banyak pengikut yang “murtad”, saat mendengar cerita nabi usai perjalanan isro’ mi’roj. Jadi, memimpin banyak orang dan mencoba mereka memahami tujuan bersama seperti yang kita inginkan, mustahil bagi pemimpim yang pembohong. Syarat wajibnya adalah kejujuran.
Tetapi kalau sejak SD (Sekolah Dasar) saja telah diajarkan berbohong, apa jadinya? Pendidik macam apa kita ini, yang mengatakan pada anak asuhnya: “Nak, nanti teman-temanmu dikasih tahu jawaban ujiannya, ya... “ Kebijakan negara macam apa yang “memaksa” kebohongan nasional terjadi? Kecemasan nasional tiap tahun melanda jutaan kepala. Siswanya sendiri, orang tuanya, saudara-saudaranya.
Pemerintahan macam apa ini kalau begawan-begawan telah mengatakan: BOHONG. Tolong jangan meremehkan hal ini. Jangan meremehkan kebohongan-kebohongan terus terjadi, apalagi dengan hijab pencitraan. Maka kebohongan takkan terhenti. Karena kebohongan-kebohongan berikutnya terus menyusul untuk pencitraan-pencitraan itu.
Maka hentikanlah. Sebelum terlambat. Seperti hancurnya bangsa-bangsa terdahulu, akibat banyaknya kebohongan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar