Jumat, 02 September 2011

Satu Syawal

Suara Merdeka, Sabtu  3 September 2011 memberitakan usul Jusuf Kalla, mantan wapres agar syarat hilal bisa dinyatkan tampak adalah sebesar 4 derajat. Hal ini sebagai solusi kompromi  antar metode rukyah dan hisab agar lebih sering sama daripada berbeda.
Tampaknya perbedaan penetapan awal bulan masih terasa mengganjal. Walau perbedaan adalah rahmat. Perbedaaan adalah keniscayaan. Dan banyak elit mengatakan agar tetap dan selalu saling menghargai.
Bagaimana menurut pendapat Anda?
Ormas Islam di Indonesia sering dibedakan dengan kalangan modernis dan tradisional. Pengelompokan ini dibedakan atas hal-hal yang kurang prinsipil dan  penting. Kita sering memahami perbedaan itu dengan tahlil, manaqib,  do’a qunut, istighotsah, dan raka’at tarwih. Kelompok pertama mencoba memurnikan ajaran agama dari TBC (Tahyul. Bid’ah, Churafat).  
Kelompok kedua lebih permisif untuk hal-hal yang, katanya, bid’ah. Kalau bid’ah lebih diartikan kepada sesuatu yang tidak pernah di lakukan Nabi, seperti do’a qunut dan raka’at tarwih.
Bagimana dengan 1 syawal?
Penetapan awal bulan menurut saya kurang penting. Alangkah baiknya jika ormas islam tidak usah mengurusinya. Serahkan saja kepada Negara. Karena..
Satu, penetapan satu syawal sangat ramai, baik oleh media maupun perbincangan di masyarakat pedesaan. Perbedaan penetapan ini lebih menggema daripada perbedaan tentang bid’ah di atas, meski tidak lebih penting. Lebaran yang sama bisa menjadi ‘hiburan’ dan menutupi perbedaab-perbedaan lainnya.
Dua, saatnya pemuka-pemuka agama lebih rendah hati, sebelum mengajarkannya kepada umat. Mereke sering bilang jangan membesar-besarkan perbedaan di antara umat tapi tidak disadari bahwa perbedaan penetapan ini menunjukkan sebaliknya. Saatnya utuk menghilangkan ego kelompok dengan mendahulukan ahlak dan manfaat diatas fiqih.
Ketiga, Fastabiqul Khoiroot untuk memerangu kemiskinan, memajukan pendidikan, pemberdayaan ekonomi umat, pelestarian lingkungan hidup dll. Kalau bisa malah menciptakan sinergi antar ormas islam.
Selamat idul fitri 1432 H. Selamat kembali kepada kefitrian. Inna lillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun. Mohon ma’af lahir batin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar