Senin, 22 Agustus 2011

deRADIKALISASI

Mengikuti pengalaman keagamaan Munir, SH (alamarhum, pejuang kemanusiaan yang tewas saat berniat menimba ilmu ke Belanda):
Remaja munir ke mana-mana membawa senjata tajam, seakan-akan mau ber'jihad' melawan orang-orang kafir. Di benaknya, Islam, terancam dan dikepung oleh banyak musuh.
Perasaan yang sama oleh penulis. Bagaimana paranoid dan kecurigaan-kecurigaan selalu menghantui. Berperasangka tentang, misalnya kedatangan PM Israel ke Indonesia, juga tentang Gus Dur mau membuka hubungan diplomatik dengan negara zionis tersebut. Amerika dengan agresinya ke negara-negara yang katanya muslim. Konflik afghanistan, Mindanau, poso, dll.
Di lain pihak tentang sindrom kerendah dirian sebagai muslim, pemurtadan, berkelindan dengan katanya, Rosulullah SAW membanggakan umatnya di akhirat nanti dengan orientasi jumlah, bukan orientasi kualitas.
Mungkin saja, pikiran ini masih bergelayut di benak radikalis. (Catatan: radikalisis-fundamentalis ada di setiap agama). Bagaimana meminimalisirnya?
Pertama, Pemahaman keagamaan. Dengan konsep-konsep Islam rohmatan lil'alamin, misi Rosul untuk memperbaiki ahlak manusia, kebebasan beragama dengan "Laa ikrooha fiddiin...", "Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.." "Andai mau, Tuhan dengan sangat mudah menjadikan manusia semua menjadi beriman..." "Agama diturunkan bukan untuk Tuhan tapi untuk manusia.." dsb.dsb.
Kedua, kalimatun sawa, ancaman bersama. Problem kehidupan yang semakin kompleks bagi kelangsungan hidup bersama. Kebodohan, kemiskinan, kelaparan, politik primitif dan kesenjangan hidup. Juga pemanasan global dengan berbagai produk derivatifnya, seperti iklim yang ekstrem, ketercukupan bahan pangan, aneka penyakit, bencana alam dst. adalah tantangan-tantangan amat berat bagi sang khalifah bumi.
Ketiga, Dialog. Berangkat dari "tak kenal maka tak sayang", alangkah bagusnya stakeholders berkomunikasi. Barat dengan segala pencitraan buruk tentang Islam dan Timur, dan sebaliknya.
Menyimak tamsil dari seorang tokoh Ikhwanul muslimun, Al Ghazali, Islam di mata barat begitu buruk imagenya. Bagaikan penjual unta yang menjual untanya begitu murah dengan syarat membeli tali kekangnya yang sangat mahal. Ah.. andai tak ada tali kekang itu, begitu murahnya unta. andai tak ada pencitraan itu, begitu indahnya Islam. Tugas muslim adalah menginformasikan ajaran-ajarannya dibarengi sikap santun seperti telah ditunjukkan salah satunya oleh Shalahuddin Al Ayyubi, pahlawan perang salib.
Selanjutnya kita sadari bahwa benar ungkapan Muhammad 'Abduh: "saya banyak melihat islam di eropa walau tak banyak orang islam. dan saya tak banyak melihat islam di Arab walau banyak orang islam di sana." Bagiamana negeri-negeri barat dengan budaya dan peradaban tinggi. Ilmu pengetahuan memancar dan berkembang pesat. Budaya disiplin, kebersihan, keamanan, kemanusiaan, korupsi yang hampir nol. dll. Walau ada yang tentunya tak bisa ditiru, seperti pergaulan bebas, sistem ekonomi yang eksploitatif- rakus, dan banyak lainnya.
Akhirnya semuanya agar agama masih bisa eksis dan berdaya guna. Agama yang mempersatukan bukan mendorong peperangan dan kekerasan. Istilah Karen Amstrong, agama masih punya masa depan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar