Sabtu, 27 Agustus 2011

Smart


Banyak intelektual yang secara akademis dan pengalaman belajar formalnya sangat tinggi tetapi oleh kita malah tampak kurang pintar, mengapa? Atau pertanyaannya, bagaimana menjadi pintar?
Pertama, mencintai pengetahuan. Belajar dan membaca adalah hobi. Misalnya, buku lebih menarik daripada kecantikan wanita ataupun ketampanan pria. Sahabat Ali RA berkata : “hikmah tercecer di jalan-jalan. Tinggal kita mau memungutinya atau tidak”
Kedua, menjalin silaturahmi-dialogis, menyerap pengetahuan. Termasuk sekolah-madrasah. Pengalaman guru atau seseorang bertahun-tahun dapat dirangkum dan diserap hanya hitungan hari. Hal ini menjadikan generasi mendatang akan lebih unggul.
Ketiga, obyektif. Adagium arab berbunyi: “undzur ma qoola wa la tandzur man qoola”, lihat apa yang dikatakan jangan lihat siapa yang mengatakan. Subyektifitas hanya akan membuat pandangan picik, tidak bebas leluasa mengambil hikmah dari mana saja.
Keempat, Jujur tanpa kepentingan. Kepentingan hanya akan menutup diri dari usaha sungguh –sungguh mendapatkan makna sebenarnya. Kepentingan juga membodohkan.
Kelima, membagi ilmu.
Keenam, mempraktekkan ilmu. Katanya, Iblis membenci seorang fasiq (pendosa) tapi dermawan dan menyenangi seorang ilmuwan yang kikir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar