Senin, 15 Agustus 2011

Mengapa harus marah?

Secara medis, kondisi marah dapat meningkatkan adrenalin 20 s.d. 30 kali lipat. (Tribunnews.com). Adrenalin sendiri memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer, meluaskan pembuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah arterial dan volume darah ke jantung, serta menambah jumlah detak jantung. Juga memperbanyak pembentukan kolesterol dan lemak protein berkepadatan rendah.
Berbagai hal tersebut ternyata dapat meningkatkan resiko penyakit pembuluh darah, jantung dan otak seperti jantung koroner, stroke, dll.
Lalu mengapa kita masih marah?
Pertama, karena kebiasaan dan lingkungan yang bisa membentuk perilaku dan tabiat. Kedua, marah sebagai tirai menutupi kekurangan diri. Ketiga, wujud kepongahan atas kekuasaan, kekuatan, ego kelompok. Keempat, ......
Bagaimana mengendalikannya?
Pertama, selalu sadar bahwa manusia adalah mahluk yang lemah dan pelupa (Kitab suci). No body perfect. Kedua, dengan kerendahan hati (bukan rendah diri). Kerendahan hati tampak juga dalam sikap mudah untuk memaafkan atas ketidak enakan pribadi (bedakan dengan ketidak enakan publik, seperti memaafkan koruptor). Ketiga, berpikir logis dan panjang, bahwa marah tidak berguna, tidak menyelesaikan masalah dan bisa menciptakan masalah baru. Marah berbanding terbalik dengan rizki, karena marah mengurangi relasi. Keempat, semua berpangkal dari kecintaan pada dunia, baik kekayaan, kekuasaan, prestise dll. sehingga takut kehilangan walau kadang hanya sedikit.
Metodenya atau caranya?  bisa dengan berpuasa. Selain sehat fisik, juga menyehatkan ruhani.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar